First Created October 4, 1998
JAKARTA - Sembilan tahun lalu, bertepatan dengan Hari Pramuka 14 Agustus
1989, ditandatangani surat keputusan bersama antara Perum Pos dan Giro (kini
bernama PT Pos Indonesia) dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Keputusan
bersama itu menyangkut pembinaan dan pengembangan Pramuka Pencinta Filateli
(PPF).
Memang banyak kesamaan antara kegiatan kepramukaan dan kegiatan filateli.
Sama-sama melatih peserta kegiatannya, untuk menjadi sabar, teliti, rapi,
disiplin, serta mengembangkan wawasan dan persahabatan seluas-luasnya.
Namun bukan berarti bahwa filateli merupakan hal baru dalam kegiatan
kepramukaan. Sejak lama, di lingkungan gerakan pramuka dikenal Tanda
Kecakapan Khusus (TKK) pengumpul prangko. TKK tersebut diberikan kepada
peserta didik, khususnya golongan Penggalang (11-15 tahun), Penegak (16-20
tahun) dan Pandega (21-25 tahun), yang menyelesaikan syarat kecakapan khusus
dalam bidang itu. Untuk golongan peserta didik yang lebih muda, yaitu Siaga
(7-10 tahun), TKK-nya disebut TKK Pengumpul saja.
Bagi pramuka mengumpulkan prangko dan benda-benda filateli lain adalah salah
satu bentuk permainan yang mengandung unsur yang mendidik. Mendidik lewat
bermain, memang salah satu cara atau sistem pendidikan dalam kepramukaan.
Melalui permainan dengan mengumpulkan prangko misalnya, seorang anggota
pramuka dapat mengenal beragam negara, kebudayaan, flora, fauna, olahraga
dan sebagainya.
Contoh permainan antara lain anggota pramuka diminta pembina mereka untuk
mengumpulkan prangko atau benda filateli lain bertema olahraga. Lalu yang
bersangkutan diminta untuk menjelaskan tata cara atau teknik dalam olahraga
yang gambarnya tertera pada prangko itu. Tentu saja anggota pramuka itu
harus mencari tambahan pengetahuan lewat buku atau majalah.
Contoh lain, pembina pramuka memamerkan koleksi beberapa prangko luar
negeri. Kemudian, peserta didik harus menebak dari negara mana prangko itu,
termasuk nama ibu kota negara itu dan terletak di benua apa. Dapat pula
ditambah dengan pertanyaan, produk terkenal negara yang menerbitkan prangko
itu dan sebagainya.
Di beberapa tempat, ada permainan untuk menebak cap (stempel) pos yang
tertera pada sejumlah kartu pos. Pertanyaannya antara lain, nama kantor pos
yang menjadi tempat pengiriman kartu pos itu, dan terletak di kota mana.
Prangko Pramuka
Koleksi benda filateli yang dikumpulkan pramuka memang beragam. Namun,
sebagian besar di antara mereka mengumpulkan berdasarkan ''kelas tematis''.
Yaitu mengumpulkan benda-benda filateli berdasarkan tema tertentu yang
dipilih. Ada tema flora, fauna, olahraga, transportasi, kebudayaan, dan
sebagainya.
Tema lain yang cukup banyak pula digemari pramuka tentu saja tema
kepramukaan. Di kalangan filatelis, koleksi semacam itu dikenal dengan nama
scouts on stamps (Pramuka dalam prangko). Walaupun tentu saja yang
dikumpulkan bukan hanya prangko saja, tetapi meliputi juga sampul (amplop)
surat, kartu pos, lembar kenangan (souvenir sheet), cap-cap pos, dan lainnya
yang bertema kepramukaan.
Prangko bertema kepramukaan sendiri telah ada sejak tahun 1900. Saat itu,
terbit prangko bergambar Kolonel Robert Stephenson Smith Baden Powell, yang
kelak menjadi bapak pramuka sedunia. Prangko tersebut diterbitkan oleh suatu
wilayah bernama Mafeking, yang sekarang menjadi bagian negara Afrika
Selatan.
Awalnya prangko itu diterbitkan bukan untuk memperingati suatu kejadian
tertentu dalam kepramukaan, karena memang saat penerbitan prangko itu,
gerakan kepramukaan belum lahir dan baru ada tujuh tahun kemudian. Prangko
itu diterbitkan untuk mengisi kekosongan prangko di Kantor Pos Mafeking yang
dikuasai tentara Kerajaan Inggris. Kemudian timbul gagasan, untuk
menerbitkan prangko bergambar Baden Powell dalam seragam kemiliteran, karena
dialah yang menjadi komandan di wilayah itu.
Belakangan, karena Baden Powell kemudian mendirikan gerakan kepramukaan dan
selanjutnya dikenal sebagai bapak pramuka sedunia, prangko dari Mafeking itu
akhirnya diakui juga sebagai salah satu prangko bertema kepramukaan.
Bersamaan dengan prangko bergambar Baden Powell itu, di Mafeking juga
diterbitkan prangko bergambar seorang prajurit yang bertugas sebagai ''pak
pos'' (pengirim surat pos) dengan sepedanya. Prajurit yang menjadi model
untuk prangko itu adalah Sersan Warner Goodyear. Prangko ini pun kemudian
menjadi bagian dari koleksi tematis kepramukaan, selain dikumpulkan oleh
kolektor prangko bertema sepeda.
Terbitan Indonesia
Kedua prangko dari Mafeking itu, kini harganya memang sudah lumayan mahal.
Untuk sekeping prangko bergambar Baden Powell yang sudah terpakai (used),
harganya paling kurang sekitar 250 poundsterling (kurang lebih Rp
5.000.000). Sementara yang dalam kondisi belum terpakai (mint), harganya
lebih mahal lagi.
Namun, bagi kaum pramuka atau filatelis lain yang baru memulai mengumpulkan
benda-benda filateli bertema kepramukaan, masih cukup banyak tersedia benda
filateli dengan tema itu, yang harganya terjangkau.
Indonesia sendiri misalnya, pernah menerbitkan prangko-prangko bertema
kepramukaan. Seperti prangko seri Jambore Nasional 1955, Jambore Dunia 1959
dan Perkemahan Wirakarya 1968. Ada pula prangko-prangko seri Jambore
Nasional, mulai dari tahun 1977, 1981, 1986, 1991, dan 1996.
Masih ada lagi prangko lain bertema kepramukaan, seperti seri 75 Tahun
Kepramukaan Sedunia yang terbit tahun 1983, sebagian seri prangko Hari Anak
Nasional tahun 1984, seri Hari Anak Nasional 1990, seri Pengabdian Kepada
Nusa dan Bangsa 1995, dan lembar kenangan menyambut Pameran Filateli Sedunia
"Istanbul '96".
Ketika masih bernama Hindia-Belanda (Nederland Indies), juga pernah
diterbitkan satu seri prangko menyambut Jambore Sedunia 1937 di Vogelenzang,
Belanda. Terdiri dari dua prangko, masing-masing berharga satuan 7 1/2 sen
dan 12 1/2 sen. Ada pula cap pos berslogan Koopt Jamboree-zegels (Belilah
Prangko Jambore). Serta sampul surat (amplop) dengan lambang NIPV dan
tulisan Gebruikt Jamboree-Postzegels - Wereld Jamboree 1937 - Nederland
(Belilah Prangko Jambore - Jambore Dunia 1937 - Belanda).
Sebagian benda-benda filateli itu, kini masih bisa dibeli dengan harga
terjangkau dan bisa menjadi awal untuk melengkapi koleksi bertema
kepramukaan, sekaligus mengembangkan kegiatan pramuka pencinta filateli.
(B-8)