First Created October 18, 1998


Penerbitan Lembar Kenangan Dipertanyakan
[Suara Pembaruan, October 18, 1998]


JAKARTA - Penerbitan lembar kenangan (souvenir sheet) untuk menyambut Pameran Filateli di Belanda ''5de NVPH Show'' dari 8 sampai 11 Oktober 1998, ternyata mendapat pertanyaan dari banyak filatelis. Pertanyaan itu terutama mengenai betapa mahal harga lembar kenangan yang dijual dan berbeda dengan harga yang diumumkan di kalender filateli sebelumnya.

Berkaitan dengan pameran filateli di Belanda itu, Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi menerbitkan satu set terdiri dari dua lembar kenangan. Pertama, dengan harga satuan Rp 5.000 dan kabarnya dicetak sebanyak 160.000 lembar. Kedua berharga satuan Rp 35.000 yang dicetak sebanyak 50.000 lembar dan diberi nomor seri. Kedua lembar kenangan itu bergambar burung, masing-masing Javan Kingfisher (Halcyon cyannoventris) dan Javan Lapwing (Vannelus macropterus).

Jadi, untuk mendapatkan satu set lembar kenangan itu, filatelis harus mengeluarkan uang Rp 40.000. Padahal biasanya filatelis membeli paling sedikit dua set, satu untuk dikoleksi sendiri dan satu lagi untuk materi tukar-menukar dengan rekan filatelis lain. Berarti paling sedikit dibutuhkan dana Rp 80.000.

''Beli satu set saja sama dengan satu karung beras,'' ujar seorang filatelis yang dijumpai Pembaruan di Jakarta. Harga lembar kenangan yang mahal itu memang menjadi pertanyaan banyak filatelis. Apakah ini usaha untuk mengeksploitasi filatelis?, bagaimana dengan filatelis remaja yang dananya terbatas, padahal mereka selalu disebut-sebut sebagai ''masa depan filatelis Indonesia''? Apakah yang dipentingkan hanya pasar luar negeri dan mengenyampingkan filatelis Indonesia? Masih banyak lagi pertanyaan lain.

Luar Negeri

Ada kesan, penjualan lembar kenangan dengan harga mahal itu, hanya untuk memenuhi pasar luar negeri. Karena, bila dikonversikan dengan dolar, baru sekitar 5 dolar AS. Tetapi ternyata, tidak semua filatelis mancanegara yang senang dengan peningkatan harga luar biasa lembar kenangan Indonesia itu.

Filatelis Belanda misalnya disebutkan, di antara mereka mengeluh penjualan lembar kenangan yang mahal itu. Peningkatan harga yang luar biasa, yaitu hanya sekitar Rp 5.000 untuk tiap lembar kenangan, menimbulkan kesan lain. Yaitu ada kecenderungan mengeksploitasi filatelis. Padahal, bila kesan itu muncul, akan berdampak buruk bagi benda-benda filateli suatu negara.

Negara yang dikenal sering menerbitkan benda filateli yang berkesan mengeksploitasi filateli, akhirnya kurang disenangi. Bahkan ada yang kemudian mendapat black list (daftar hitam) dan bila benda-benda filateli dari negara itu dipamerkan dalam suatu pameran filateli yang kompetitif, juri memberikan nilai rendah. Khususnya bila yang ditampilkan adalah benda filateli, baik prangko maupun lembar kenangan, yang dianggap hanya diterbitkan untuk mengeksploitasi filatelis saja.

Bila dinilai juri dalam suatu pameran filateli hanya mendapat angka rendah, filatelis kemudian cenderung tidak mengoleksi benda itu lagi. Bahkan, tidak jarang akhirnya filatelis tidak mau mengoleksi keseluruhan benda filateli dari negara yang pernah melakukan ''penerbitan eksploitasi'' itu.

Tentu saja hal ini berbahaya bagi Indonesia. Apa lagi Indonesia saat ini sedang mempersiapkan diri untuk melaksanakan Pameran Filateli Sedunia ''Indonesia 2000''. Sehingga yang harus dijaga adalah citra yang baik tentang dunia filateli Indonesia.

Filatelis Remaja

Bila alasan penerbitan benda filateli yang mahal itu untuk memenuhi kebutuhan prangko yang mahal dan diperlukan untuk pengiriman surat pos ke luar negeri, tentu saja hal itu kurang tepat bila lembar kenangan dibuat dengan harga mahal. Seharusnya, prangko berharga mahal sebagaimana biasa, adalah prangko-prangko definitif yang bisa dicetak ulang bila habis.

Keberadaan lembar kenangan dengan harga mahal juga merugikan pengembangan filatelis remaja, yang saat ini sedang gencar dilaksanakan pemerintah. Lembar kenangan dengan harga Rp 40.000 tentu saja sulit dibeli filatelis remaja.

Bila filatelis remaja merasa sulit mengumpulkan benda-benda filateli negara sendiri, tentu mereka menjadi enggan meneruskan hobi berfilateli. Sehingga, semakin sulit mencari calon-calon filatelis Indonesia bermutu, yang siap untuk memamerkan koleksi mereka di pameran-pameran filateli internasional.

Karena itulah, perlu dijaga agar penerbitan lembar kenangan dengan harga mahal itu tidak terulang lagi. Kalau pun terpaksa menerbitkan dengan harga mahal, perlu ada penjelasan dan sosialisasi sebelumnya. Sehingga filatelis tidak kaget dan tidak merasa dieksploitasi. (B-8)

Highly appreciated for your suggestions



Back to Clippings Philately | Return to Philatelic Homepage