First Created - November 29, 1998


Prangko Disuka Karena Banyak Manfaatnya
[Surabaya Post, September 14, 1998]


SEKEPING kertas kecil bergambar yang disebut prangko, tidak hanya dikenal sebagai tanda bea pengiriman benda pos, juga amat memikat untuk dikumpulkan. Seperti prangko seri Putri Diana, ketika yang bersangkutan meninggal dunia, tiba-tiba dicari orang.

Prangko, pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh seorang bangsawan Inggris bernama Sir Rowland Hill. Prangko itu dikenal sebagai "Penny Hitam". Diterbitkan pada 6 Mei 1840 dan bergambar Ratu Victoria yang berwarna hitam. Ide penerbitannya, sebagai bea pengiriman pos.

Sebelumnya, setiap pengiriman benda pos yang dikenai bea pengiriman adalah si penerima surat. Hal itu, sering menyebabkan kecurangan. Karenanya, ide Hill disambut gembira oleh masyarakat yang banyak menggunakan jasa pos. Pada 1863 timbul kegemaran baru di masyarakat yakni mengumpulkan prangko yang dikenal sebagai filateli (berasal dari bahasa Yunani kuno, philos= teman, dan atelia= pembebasan bea).

Kegemaran itu dipopulerkan oleh pengumpul prangko bernama M.G. Harpin. Sejak 1854, sebenarnya filateli telah berkembang menjadi kegemaran masyarakat. Pada 1856, Edward Stanley Gibbon, mulai merintis mendirikan biro lelang dan toko prangko dan kemudian, ia pun menerbitkan sebuah buku daftar harga prangko atau katalogus prangko internasional.

Kegemaran mengumpulkan prangko bukan cuma monopoli bagi anak-anak, tetapi juga orang dewasa, bangsawan, dan pengusaha. Ada beberapa tokoh yang menekuninya. Antara lain: Roosevelt (mantan Presiden AS), Sultan Selangor (Malaysia), Ratu Marie (Rumania), Raja Alfonson XIII (Spanyol), Raja Fuad (Mesir), Keluarga Kerajaan Inggris (termasuk Ratu Elizabeth II), dan tokoh Perang Dunia I Jenderal Erwin Rommel (Jerman).

Kegiatan filateli dihimpun dalam suatu wadah resmi baik yang bersifat lokal (nasional) dan internasional, yang dikoordinasi langsung oleh Federation de Internationale Philateli (FIP). Di Indonesia terdapat wadah resmi bagi penggemar filateli yang bernama Perkumpulan filateli Internasional (PPI) yang berdiri sejak 1922 (sebelumnya bernama Algemene Vareniging van Philatelisten in Indonesia).

Nilai Prangko Apa manfaat mengumpulkan prangko? Ia mampu memberi pengetahuan umum bagi pemiliknya. Karena dapat menggambarkan keindahan alam budaya suatu negara. Berbagai peristiwa penting dan bersejarah tak pernah luput dari bingkai kertas mungil itu.

Misalnya: peluncuran Apollo XI, Konferensi Tingkat Tinggi Dunia, dan kegiatan olahraga penting (Olympiade, Thomas Cup, atau Piala Dunia Sepakbola).

Prangko juga mempunyai nilai seni grafis. Setiap prangko selalu memiliki data tentang siapa perancangnya, teknik desain, teknik cetak, dan bahan-bahan warna yang dipakai. Tiap penerbitan punya kekhasan tersendiri. Prangko juga memiliki nilai komersial. Ia dapat dijualbelikan dengan harga yang tinggi.

Prangko lama dan langka, atau prangko yang diterbitkan pada peristiwa tertentu dalam jumlah terbatas dan prangko salah cetak juga dapat dijual dengan harga amat mahal. Prangko "Perahu Layar dari Guyana" (terbit 1856) yang berwarna kusam telah menjadi prangko termahal di dunia. Prangko yang disusun dalam satu tema, dapat diikutsertakan dalam pameran filateli nasional atau internasional.

Hadiahnya cukup memikat, seperti medali, sertifikat, benda pos dan uang tunai. Memang tak dapat dibayangkan sebelumnya, berkat koleksi prangko maka seorang filatelis dapat keliling dunia memperkenalkan kekayaan flora-fauna dan seni budaya negara mereka. Prangko Indonesia pun menggambarkan kekayaan alam dan budaya Indonesia. Bagi filatelis pemula, tentu tidak mudah mengumpulkan seluruh seri prangko Indonesia. Hal itu perlu waktu lama dan biaya mahal.

Tema Indonesia dapat dibagi antara lain sebagai berikut: Seri Hindia Belanda, Pendudukan Jepang, Orde Lama dan Orde Baru. Bila pembagian itu terlalu luas, dapat dibagi dalam bentuk tema, misal: tema Pariwisata, Pelita, Fauna, Flora, dan Pakaian Adat Indonesia.

Bagi filatelis pemula yang ingin mengumpulkan prangko Indonesia, paling mudah dan murah, saling tukar dengan teman filatelis, atau membeli di pasar loak dan lelang prangko di perkumpulan filatelis. (Hamid P.)



Back to Clippings Philately | HOME