First Created - November 29, 1998


Sampul Peringatan Munas Pramuka Cukup Banyak Diminati
[Suara Pembaruan, November 29, 1998]


JAKARTA - Presiden BJ Habibie ketika membuka Musyawarah Nasional (Munas) VI Gerakan Pramuka di Istana Negara pekan lalu di Jakarta, selain memberikan tunggul Kwartir Daerah (Kwarda) tergiat kepada empat Kwarda, juga menandatangani Sampul Peringatan (SP) Munas.

Benda filateli itu merupakan sampul (amplop) surat yang di bagian kiri depan tercetak gambar dan tulisan menyangkut suatu peristiwa tertentu yang diperingati, kemudian ditempel prangko dan cap pos khusus peringatan peristiwa itu.

Untuk SP Munas, di bagian kiri depan tercetak logo Munas VI Gerakan Pramuka dan tulisannya, dengan latar belakang foto-foto kegiatan kepramukaan. Kemudian SP tersebut ditempel dengan prangko seri ''Merah Putih'' yang terbit 28 Oktober 1998 dan dibubuhi cap pos khusus Munas VI Gerakan Pramuka.

Melihat gambar cap pos khusus itu, kaum filatelis dapat mengumpulkan benda-benda filateli secara tematis, selain ada tema pramuka juga terdapat tema burung. Selama berlangsung Munas VI Gerakan Pramuka di Lembaga Pendidikan Kader Nasional (Lemdikanas), Cibubur, Jakarta Timur, ternyata cukup banyak diminati peserta dan peninjau Munas. Mereka umumnya membeli 2-3 lembar SP, kemudian agar lebih berkesan sebagai kenang-kenangan Munas itu, dimintakan tanda tangan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka masa bakti 1993-1998, Letjen TNI (Purn.) H. Himawan Soetanto, S.Sos.

Ada juga yang melengkapi SP itu dengan tanda tangan para Wakil Ketua Kwartir Nasional. Di kalangan filatelis, sampul-sampul filateli dengan tanda tangan seperti itu dikenal sebagai sampul otograf (autograph cover). Biasanya yang menandatangani sampul filateli itu berhubungan dengan tema pada sampul tersebut.

Lembar Kenangan

Sementara itu, berkaitan dengan penerbitan lembar kenangan (souvenir sheet) Indonesia tahun 1998, seorang peninjau Munas VI Gerakan Pramuka yang juga pengumpul prangko, menanyakan informasi tentang banyaknya lembar kenangan salah cetak, yang perforasi (lubang-lubang kecil di pinggir prangko) tidak tepat.

Sebenarnya, hal itu sudah diungkapkan sejumlah filatelis ketika berlangsung Rapat Tahunan Nasional Perkumpulan Filatelis Indonesia, pertengahan November lalu di Bandung. Ketika itu, diungkapkan bahwa untuk lembar kenangan menyambut Pameran Filateli di Belanda ''Filacept 5de NVPH Show'' dari 8 sampai 11 Oktober 1998, ternyata cukup banyak yang ditemukan dalam kondisi salah cetak.

Lembar kenangan ''Filacept'' ini ada dua jenis dengan harga satuan (nominal) berlainan. Anehnya, yang banyak salah cetaknya, justru pada lembar kenangan yang berharga tinggi, yaitu Rp 35.000 per lembar.

Dari Surabaya diinformasikan, cukup banyak lembar kenangan ini yang salah cetak. Sedangkan dari Jakarta dilaporkan, seorang filatelis menghitung salah cetak pada lembar kenangan tersebut bisa mencapai puluhan lembar.

Salah cetak berupa perforasi yang bergeser pada lembar kenangan, juga ditemukan pada seri Cerita Rakyat dan Batu Mulia 1998. Jumlahnya pun cukup lumayan. Bahkan, keterangan yang berhasil dicatat Pembaruan, salah cetak dengan pergeseran perforasi pada lembar kenangan Indonesia sudah mulai banyak terjadi sejak 1994.

Mulai dari seri Piala Dunia 1994, Ikan Air Tawar 1994, salah satu dari lembar kenangan Jakarta '95 yang berwarna biru, salah satu lembar kenangan Indonesia '96 yang berukuran besar, Cinta Puspa dan Satwa 1996 khususnya lembar kenangan yang bergambar burung, Batu Mulia 1997 dan lembar kenangan menyambut Pameran Filateli Sedunia Pacific '97.

Menurut seorang filatelis, bila hanya satu dua saja salah cetak yang ditemukan, tentu merupakan pengecualian yang bisa membuat benda-benda filateli salah cetak berharga tinggi. Tetapi bila salah cetak ditemukan dalam jumlah banyak, membuat filatelis bertanya-tanya. Bagaimanakah sistem pengecekan pada pencetakan dan penerbitan benda-benda filateli Indonesia, sebelum diedarkan dan dijual kepada masyarakat luas?

''Karena, kalau benda filateli yang salah cetak berjumlah banyak, rasanya bukan membuat benda filateli jadi naik harganya, tetapi justru menurunkan mutu benda-benda filateli Indonesia,'' tutur seorang filatelis yang lain. (B-8)



Back to Clippings Philately | HOME