First Created - December 20, 1998


Three-In-One Marketing Event
[Jawa Pos, March 25, 1998]


"Terus terang saya baru tahu kalau kita sebenarnya bisa melakukan seminar selama dalam perjalanan darat," begitu kata Presdir Indosat Tjahjono Soerjodibroto ketika saya mintai tanggapan setelah mengikuti "On-Train-Seminar" pada Sabtu dan Minggu yang lalu.

Saat itu, Pak Tjahjono yang juga adalah koordinator Dewan Penyantun Indonesia Marketing Association (IMA), bersama dengan para anggota IMA dari seluruh Indonesia, termasuk dari Medan dan Ujung Pandang, ikut hadir dalam seminar di atas kereta wisata Jakarta - Bandung yang merupakan pertama kalinya di Indonesia. Yang menarik, topik seminar yang dibawakan adalah Argo Branding Strategy yang kini sedang naik daun yang dibawakan sendiri oleh Dirut Perumka Soemino Eko Saputro.

Menurut Tjahjono, keberadaan kereta yang bisa digunakan sebagai tempat seminar atau konferensi itu jelas akan membuat kita bisa menggunakan waktu dengan efektif. Karena waktu dalam perjalanan yang biasanya "terbuang" begitu saja, bisa digunakan untuk hal-hal yang produktif.

Lain lagi pendapat Pemimpin Umum Majalah Gatra Budiono Kartohadiprodjo yang juga ikut hadir dalam seminar di atas kereta api. Beliau terkesan dengan keretanya yang memang lain dari yang lain. Maklum, kereta yang kami gunakan itu adalah kereta khusus yang katanya biasa digunakan para menteri. Kursi yang ada di gerbong tempat presentasi seminar adalah sofa yang empuk. Sementara di gerbong-gerbong lain yang dilengkapi dengan CCTV juga dilengkapi dengan kursi yang nyaman.

Bahkan, ranjang ukuran besar juga ada. Belakangan, setelah mendapat penjelasan dari Pak Soemino, saya dan para anggota IMA baru tahu bahwa kereta yang kami gunakan itu bisa disewa untuk honey moon. Karena itu dilengkapi dengan sebuah kamar tidur yang nyaman.

Tahu bahwa kereta khusus yang kami gunakan bisa disewa, termasuk untuk honey moon, Miing Bagito yang juga ikut hadir langsung "protes". Komedian Indonesia yang punya penggemar berat di kalangan kelas atas Indonesia itu "protes" karena selama ini tidak tahu bahwa Perumka sebenarnya punya kereta yang nyaman dan bisa disewa.

Sementara Enny Hardjanto, mantan vice president Citibank yang berhasil membesarkan pasar kartu kredit di Indonesia, dan kini memimpin sebuah perusahaan executive search, mengemukakan bahwa kereta wisata seperti yang kami gunakan untuk "on train seminar" itu akan bisa dijual dengan harga ribuan dolar ke konsumen luar negeri.

Selain keretanya memang nyaman, orang-orang luar negeri yang akan menjadi target market tentu akan senang menikmati perjalanan dengan kereta. Karena bisa menyaksikan alam Indonesia yang indah.

Sedangkan Cheong Kun Pui, presiden Marketing Institute of Singapore, yang juga hadir di seminar mewakili Honorary Founding Chairman Asia Pacific Marketing Federation Michio Torii, terus terang menyatakan kekaguman kepada Perumka. Selain memiliki stasiun yang bersih seperti stasiun Gambir, juga karena Perumka memiliki kereta yang nyaman dan bisa disewa untuk seminar ataupun honey moon. Begitulah, berbagai tanggapan dari sejumlah peserta "Three-In-One Marketing Event" IMA yang sempat saya tanya ketika memoderatori Pak Soemino memberikan presentasi. Boleh dikata, secara umum semua peserta sangat terkesan dengan "On Train Seminar". Selain karena ikut menjadi bagian sejarah --kali pertama dilakukan di Indonesia, para peserta juga terkesan dengan kereta yang seumur-umur mungkin juga baru ditemuinya.

Tapi, acara itu sebenarnya bukan hanya "on train seminar", tapi juga "commemorative-cover launching" dan roundtable discussion "Marketing in the Crisis Era". Karena itu, tiga kegiatan yang diselenggarakan pada hari yang sama dan dilakukan sambung-menyambung itu disebut dengan "Three-In- One Marketing Event". Dan dalam penyelenggaraan kegiatan ini, IMA didukung oleh dua BUMN, PT Pos Indonesia dan Perumka.

Kalau Perumka mendukung dalam penyelenggaraan "On Train Seminar" maka PT Pos Indonesia mendukung kegiatan yang gemanya akan sampai ke seluruh dunia. Sebab pada hari Sabtu itu, PT Pos Indonesia meluncurkan suatu sampul khusus sebagai peringatan atas tampil pertama kalinya kepemimpinan Indonesia dalam organisasi pemasaran se-Asia Pasifik.

Acara peluncuran sampul khusus yang diselenggarakan di Gedung Kantor Pusat PT Pos Indonesia di Jalan Banda, Bandung itu, ditandai dengan penandatanganan sampul pertama oleh Presdir PT Pos Indonesia Cahyana Ahmadjayadi, ketua umum Filateli Indonesia Jendral (Purn) Mashudi, President Marketing Institute of Singapore Cheong Kun Pui selaku utusan khusus Honorary Founding Chairman APMF Michio Torii dan saya sendiri selaku presiden IMA 1996-1999 dan sekaligus presiden APMF 1998-2000.

Bagi PT Pos Indonesia, pembuatan sampul peringatan bisa jadi bukan suatu hal yang baru. Tapi, bagi kami, para aktivis pemasaran Asia Pasifik, keberadaan sampul peringatan itu merupakan kali pertama. Karena itu, Honorary Founding Chairman APMF dalam sambutan tertulis sebelum peluncuran sampul peringatan kepemimpinan pertama Indonesia dalam organisasi pemasaran se-Asia Pasifik, menyebutnya sebagai suatu tonggak penting dalam perjalanan APMF.

Begitu selesai "commemorative-cover launching" acara langsung dilanjutkan dengan round table discussion "Marketing in the Crisis Era" yang juga dilakukan di balai pertemuan di gedung kantor pusat PT Pos Indonesia. Selain saya, tampil sebagai pembicara adalah para vice president IMA seperti Y.W. Junardy yang juga Presdir PT Excelcomindo, Enny Hardjanto, Soemitro Rustam yang juga direktur pemasaran PT Pos Indonesia, dan H. Mahtoem Mastum yang juga pemimpin perusahaan majalah Gatra, serta bintang tamu Miing Bagito.

Diskusi yang diawali dengan pemutaran sound-track film Titanic itu ternyata diikuti oleh para peserta yang berjumlah sekitar 300 orang dengan antusias. Mungkin karena mereka telah terkondisikan setelah menonton Titanic. Apalagi para pembicara yang tampil juga menawarkan berbagai kiat dalam menghadapi krisis ekonomi.

Lalu berapa yang dibayarkan para peserta untuk mengikuti "Three-In-One Marketing Event" itu? Hanya sebesar Rp 250.000. Dan itu sudah termasuk menginap semalam di Hotel Kedaton, yang merupakan salah satu hotel top di Bandung. Tak heran kalau ada beberapa peserta dari luar Jawa juga ikut hadir dalam acara tersebut. Meski harga tiket pesawat, karena krisis moneter, sebetulnya sudah mahal. Sebab mereka melihat bahwa total get yang mereka dapatkan itu jauh lebih besar dari total give-nya.

Dan memang itulah yang harus dilakukan di masa krisis ekonomi. Bahwa prospek atau calon customer harus dikasih lihat value-nya. Sehingga mereka pun tetap mau membeli produk, meski dalam masa krisis ekonomi.

Bagaimana Pendapat Anda?  



Back to Clippings Philately | HOME