First Created October 4, 1998


Liriklah 'Bunga' Filateli
[Surabaya Post, August 23,1998]


FILATELI adalah investasi. Itu bagi yang mengerti. Sejak dulu kegiatan koleksi prangko dan benda pos ini memang sudah menjadi lahan hobi sekaligus kepentingan bisnis. Malah di tengah badai krisis sekarang ini, justru makin banyak orang yang melirik dan menerjuni.

Menurut filatelis di Surabaya, Ir Ryantori, banyaknya orang yang beralih ke bisnis dan hobi ini lantaran benda-benda filateli merupakan benda komoditas internasional.

"Pada saat benda itu berada di Kantor Pos maka benda itu masih menjadi komoditas lokal. Tetapi bila sudah berada di luar Kantor Pos --misalnya di para pedagang--, maka sudah menjadi komoditas internasional, pasarnya dunia," katanya.

Sedang dengan melonjaknya nilai dollar dan melemahnya rupiah saat ini, harga benda filateli Indonesia di luar negeri tidak mengikuti nilai rupiah, justru sebaliknya mengekor dollar.

Dicontohkan, kalau misalnya harga benda filateli Indonesia 1 dollar AS sebelum krismon sama dengan Rp 2.500,00, tetapi sekarang yang seharga 1 dollar sama nilainya dengan Rp 12 ribu.

Memang, bisnis dengan kelas seperti ini bisa dilakukan oleh para filatelis lama yang telah memiliki jaringan dunia. Tetapi bagi para filatelis pemula yang belum memiliki jaringan dunia, bisnis ini tetap menarik dan mendatangkan untung.

"Sekarang, sudah banyak yang mengerti dan menggemari filateli," kata Ryantori yang telah mendapatkan berbagai penghargaan internasional di dunia filateli.

Menurut Ryantori, kalau sekitar tahun 1989, para filatelis di Indonesia kurang dari 500 orang. Tetapi saat ini sudah mencapai 700 ribu orang.

Bunga

Bila diibaratkan dengan bunga bank, bunga yang ditawarkan di filateli ini juga cukup menjanjikan. Hanya prosentase kenaikan dari harga nominal ke harga baru, tergantung dari bursa dan juga sedikit trik. Semakin langka dan unik, tentu semakin besar nilainya.

Misalnya, selembar suvenir sheet bergambar fauna (kera) terbitan tahun 1989 dengan nominal dua prangkonya, masing-masing Rp 100,00 dan Rp 75,00. Di katalog filateli tahun ini, suvenir sheet itu sudah seharga Rp 350 ribu. Tetapi di bursa filateli yang berlangsung tiap minggu di berbagai tempat, malah antara Rp 500 hingga 700 ribu.

Mungkin, bila dilihat dari tenggang waktu, untuk mencapai harga ratusan ribu seperti dalam contoh itu diperlukan waktu sekitar 9 tahun. Tetapi tidak semua benda harus menunggu lama untuk mendapatkan laba dalam bursa penjualan.

Misalnya saja saat ini banyak filatelis yang tengah memburu sampul hari pertama yang terdapat replika lokomotif yang diterbitkan 10 Agustus lalu.

Bila membeli di Kantor Pos, harga per lembar hanya Rp 15 ribu. Tetapi lantaran saat ini Kantor Pos kehabisan stok, di tempat pedagang harganya sudah mencapai antara Rp 40 hingga 50 ribu.

"Menyimpan uang di bank, masih mendatangkan kekhawatiran jangan-jangan banknya tidak sehat. Kalau benar-benar ada sanering, tentu simpanan di bank itu juga terkena imbasnya. Tetapi difilateli tidak," kata Budi Santoso, salah satu kolektor dari Malang.

Tetap Ramai

Menurutnya, di sepanjang badai multi krisis sekarang ini, bursa barang-barang filateli tetap ramai dengan transaksi.

Begitu juga di Kantor Pos. Kabag Divisi Filateli Kantor Pos Surabaya, Sindu Handoyo SH, di Jl. Kebonrojo. Setiap hari, pihaknya selalu sibuk melayani pembelian dan pemesanan benda-benda filateli.

Seperti diketahui, benda filateli bukan hanya prangko saja, tetapi juga ada suvenir sheet, booklet, sampul hari pertama, maximum card, dan sebagainya.

"Kendati saat ini sedang dilanda krisis, setiap hari selalu saja ada yang datang ke sini. Bahkan mereka bukan hanya para filatelis Surabaya, melainkan juga ada yang datang dari daerah lainnya," kata Sindu.

Saat ini pihaknya tengah kuwalahan melayani pemesanan sampul hari pertama yang terdapat replika lokomotif, serta prangko edisi khusus tahun 2000 seri kedua.

"Menurut teman-teman para filatelis, bila edisi khusus tahun 2000 seri kedua digabung dengan seri pertama, di pasaran harganya sudah mencapai sekitar Rp 140 ribu," kata Sindu.

Dikatakan, untuk replika lokomotif pada sampul hari pertama saat ini Kantor Pos Besar Surabaya sedang menunggu kiriman dari Bandung. Sebelumnya, pihaknya telah mendapat jatah sebanyak 500 eksemplar. Tetapi ternyata itu langsung habis. Bahkan, banyak pelanggannya yang belum kebagian. Sedang yang edisi khusus tahun 2000 seri kedua yang sebelumnya telah habis, pihaknya sudah mendapatkan stok baru dan tinggal membagikan kepada pelanggan.

Dalam hal filateli ini, peran Kantor Pos menurut Sindu hanya sebagai penyedia sarana serta konsultan.

Jual Rumah

Nah, cukup menarik kan? Karena itu tak heran bila ada seorang filatelis yang bersedia menjual rumahnya hanya untuk ditukar dengan prangko Lady Di.

Ada yang tertarik mengikuti bisnis ini? Yang tertarik, sebaiknya sering datang mengikuti bursa yang dilakukan minggu pertama dan minggu ketiga di Kantor Pos Surabaya. Atau minggu kedua dan keempat di Kantor Pos Malang.

"Dari situ kita bisa tahu jenis apa yang tengah diburu serta berapa pasarannya," kata Andre, seorang filatelis lainnya di Surabaya.

Budi Santoso menambahkan, sebaiknya, bagi para pemula sering-sering berkonsultasi dalam hal membeli benda-benda filateli itu.

"Kalau asal membeli, jangan-jangan setelah kita simpan 20 tahun, harganya tetap. Berarti kan percuma," kata Budi. (Ratna Devi)

Highly appreciated for your suggestions



Back to Clippings Philately | Return to Philatelic Homepage