HOME | Philatelic Dictionary | Newspapers | Magazines | Japanese Media | Search Engines

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS [FAQ]


Kumpulan FAQ ini dibuat sebagai upaya melengkapi khasanah pengetahuan para penggemar pengumpul prangko di Indonesia. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut mengenai filateli, silakan kirimkan ke: richard@filateli.net

Untuk menambah pengetahuan filateli anda, ikutlah bergabung ke dalam forum FILATELIS. Kirimkan email kosong anda dengan subyek: Subscribe ke: filateli@yahoo.com atau ketiklan alamat email anda melalui kotak di bawah (halaman muka) website ini.

  • 1. Apa perbedaan Sampul Hari Pertama dan Carik Kenangan?
  • 2. Mana yang lebih bernilai, prangko dengan atau tanpa cap pos ?
  • 3. Bagaimana biasanya cara tukar-menukar prangko dilakukan, terutama lintas negara?
  • 4. Apa yang dimaksud dengan "tema/thematic" dalam prangko dan Adakah jenis/pengelompokkan dalam prangko ?
  • 5. Bagaimana cara terbaik menyimpan SHP dan Carik Kenangan ?
  • 6.Bagaimana caranya untuk memelihara prangko agar warnanya tidak memudar dan kertasnya tidak menguning, apalagi setelah berpuluh tahun?
  • 7.Apakah nilai prangko akan berkurang kalau kertas dan warnanya berubah?
  • 8.Bagaimana menyimpan prangko dengan murah dan gampang serta tak menempel pada prangko?
  • 9.Lalu bagaimana menyimpan prangko dengan baik dan murah?
  • 10.Bagaimana penyimpanan pada album prangko biasa?
  • 11.Bagaimana cara gampang untuk melepas prangko yang sudah menempel pada album sisip?
  • 12.Katalog prangko apa saja yang banyak dipakai di dunia? Apakah memuat keterangan dari semua negara termasuk Indonesia? Berapa harga katalog Scott saat ini? (3 Oktober 1998)
  • 13.Mana menguntungkan; Prangko yang sudah dicap atau belum?


    FAQ (1)
    Sampul Hari Pertama - atau SHP atau First Day Cover (FDC)
    adalah sampul yang diterbitkan resmi pihak pos setempat pada hari pertama penerbitan suatu (seri) prangko - sekali lagi ejaan yang tepat PRANGKO, bukan PERANGKO. Dengan demikian persyaratan untuk sebuah SHP adalah:
    a. Sampul khusus SHP dari pos.
    b. Prangko terbaru - baru terbit pada hari dikeluarkannya SHP.
    c. Cap khusus hari pertama yang dikeluarkan pos.
    Apabila ketiga persyaratan ini tidak dipenuhi, maka sampul itu tidak bisa disebut sebagai SHP, tetapi disebut Sampul Khusus (SK). SK ini terdiri dari beberapa macam ANTARA LAIN Sampul Peringatan, Sampul Pameran dan Sampul Tanggal Pertama (STP).
    Sebagai contoh Sampul Peringatan misalnya, sebuah Museum Prangko baru diresmikan. Saat bersamaan dikeluarkan sampul khusus oleh pos, namun bukan dengan prangko baru khusus peresmian museum itu - jadi pakai prangko lama atau prangko biasa. Lalu cap yang diterbitkan memang baru - cap khusus peresmian museum prangko yang diterbitkan oleh pos (terkadang bekerjasama dengan perkumpulan filatelis setempat).
    Sebagai contoh Sampul Pameran misalnya, ada pameran filateli, umumnya diterbitkan sampul pameran dengan cap khusus dan sampul khusus, tetapi dengan prangko yang sebelumnya telah terbit - prangko biasa.
    STP, sebagai contoh, sampul khusus yang dibuat kolektor prangko, menggunakan prangko baru dan diberi cap tanggal biasa (dari kantorpos atau kantor filateli) pada sampul tersebut.
    Di Indonesia bisa saja terjadi (di waktu lampau) sampul khusus SHP yang diterbitkan pos, digunakan kolektor prangko, dengan menempelkan prangko yang baru, lalu diberi cap pos biasa dari kantorpos atau kantor filateli. Tetapi bukan cap khusus hari pertama yang diterbitkan pos - atau di waktu lampau cap khusus ini juga pernah dilakukan bekerjasama dengan perkumpulan filatelis. Jadi dulu (sekitar 1950-1960-an) di Indonesia SHP resmi, pernah dibuat bekerjasama dengan Perkumpulan Filatelis Indonesia.
    Carik Kenangan (CK) atau Souvenir Sheet (SS).
    Kata Carik Kenangan terjemahan dari Souvenir Sheet, terus terang yang menciptakan kata "Carik Kenangan" adalah saya sendiri dan dimuat di buletin BERITA FILATELI yang kebetulan saya yang mengelolanya. Buletin ini diterbitkan Perkumpulan Filatelis Indonesia Cabang Jakarta, dan saya kelola sekitar 10 tahun (1980-an sampai dengan1992), terbit sebulan sekali teratur. (Maaf semua data ada di Jakarta, tak ingat lagi saya saat ini).
    Saat ini saya ketahui hanya terbit Majalah Filateli Indonesia (MFI) yang diterbitkan oleh Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia - terbit setiap dua bulan sekali.
    Kata CK ini juga saya publikasikan lewat berbagai media di Indonesia, terutama Suara Pembaruan setiap edisi Minggu dalam rubrik filatelinya (kini diasuh Sdr. Berthold DH Sinaulan).
    Kata Carik Kenangan itu mulai dipakai di buletin tersebut sekitar tahun 1980 (sekali lagi maaf, tak ingat karena data semuanya di Jakarta). Belakangan pihak pos Indonesia pun menggunakannya dengan menuliskan kata tersebut ke Carik Kenangan yang diterbitkannya.
    CK pada hakekatnya adalah prangko juga, dengan tambahan lembaran kertas di sekelilingnya. Dengan demikian CK pasti juga diterbitkan resmi oleh Pos. Hati-hati, kini banyak souvenir menyerupai CK, misalnya yang diterbitkan pihak taman hiburan atau para entertainer. Untuk mengetahui CK itu asli diterbitkan pos atau tidak, bawa dan tanyakan ke pihak kantorpos.
    Prangko pada CK tidak dibatasi jumlahnya. Bisa satu prangko atau bahkan bisa 20 prangko seperti seri Cerita Rakyat yang baru-baru ini diterbitkan (lihat gambarnya di http://www.crisscross.com/users/richard - klik bagian PICTURE ONLY).
    Jumlah CK yang diterbitkan pun bisa satu lembar (satu macam) atau dua macam - lihatkan seri Cerita Rakyat tersebut, ada CK yang berisi 20 prangko dan ada CK yang berisi satu prangko dengan nilai Rp.2500. Itu yang saya ketahui karena memiliki bendanya "Kemasan Prangko & Souvenir Sheet Cerita Rakyat" yang diterbitkan Pos Indonesia.
    Biasanya CK terdiri dari sedikit jumlah prangko (sekitar 1-6) - sehingga apabila CK terdiri dari 20 prangko, seringkali rancu dengan istilah prangko BLOK. Lihat pula misalnya prangko BLOK atau BLOCK SHEET dari Amerika yang semuanya bergambar burung dan bunga berbeda-beda.
    Umumnya sebuah CK memiliki satu kesatuan gambar (antara kertas di luar prangko) dengan prangko di dalamnya. Jadi apabila sebuah BLOK terdiri dari banyak prangko, tetapi bagian tepinya tidak memiliki gambar serupa bahkan polos putih seperti blok prangko (50) burung dan bunga tahun 1982 dari Amerika tersebut, maka benda itu tidak bisa disebut sebagai CK.

    Back to Top

    FAQ (2)
    Istilah yang tepat adalah PRANGKO bukan PERANGKO.
    Bernilai di sini saya artikan sebagai - punya nilai filateli tinggi dan mahal. Kalau ditanyakan mana yang lebih memiliki nilai yang tinggi, jawabannya: Bisa yang telah memiliki cap atau bisa juga yang masih baru, tidak memiliki cap pos.
    Untuk mudahnya, silakan baca-baca isi katalog prangko. Di katalog tersebut bisa ketahuan, ada prangko yang telah dicap berharga lebih mahal dan bernilai filateli tinggi daripada yang belum dicap. Tapi sebaliknya ada pula prangko baru yang belum dicap, memiliki harga lebih mahal dan nilai filateli tinggi.


    Back to Top

    FAQ (3)
    Tukar-menukar prangko didasarkan kepada kepercayaan dan rasa keadilan kedua belah pihak.
    Sepakatilah dulu landasan yang akan dipakai yaitu menggunakan katalog Indonesia yang diterbitkan Asosiasi Pedagang Prangko Indonesia, Yvert, Michel, Stanley Gibbons, atau Scott. Jangan lupa terbitan tahun berapa?
    Itu kalau mau berdasarkan harga - misalnya - prangko 100 dolar tukar dengan prangko 100 dolar.
    Bisa juga atas dasar senang sama senang. Misalnya, yang penting saya dapat prangko bergambar burung. Lalu dari pihak lain ingin prangko Indonesia bergambar bunga. Tukar-menukar pun dilakukan tanpa melihat nilai dan harga prangko lagi.
    Hati-hati, ada kolektor prangko tidak jujur, setelah menerima prangko atau benda filateli kita, dia tidak mengirimkan balasannya. Hal ini pernah terjadi di mana-mana.

    Back to Top

    FAQ (4)
    Kalau kita mengikuti atau menonton pameran prangko, maka kita bisa mengetahui bahwa kategorisasi suatu koleksi bermacam-macam. Ada Sejarah Pos, ada Tematik, ada Aerofilateli dan sebagainya.
    Biasanya dalam mengoleksi prangko (bagi pemula) terbagi dua, ada yang menurut negara, hanya Indonesia saja, misalnya. Ada pula yang per tematik, hanya tema "palang merah" atau "red cross" saja, misalnya.
    Khusus bagi pemula, saran saya, kumpulkan semua prangko, tak usah membatasi diri. Kalau kita memang senang dan hobi prangko, perlahan-lahan kita bisa menyeleksi dan memutuskan sendiri, mau mengoleksi benda filateli yang bagaimana dan dengan kategori apa. Biarkan hal ini terjadi secara alamiah. Juga, sangat disarankan agar aktif di perkumpulan filateli setempat. Tukar pikiran dengan filatelis senior setempat.
    Tematik prangko sendiri merupakan satu pengelompokkan benda filateli (bukan prangko saja, tetapi juga termasuk benda filateli lain seperti Carik Kenangan, Kartu Maksimum, Sampul Hari Pertama dan sebagainya) - yang memiliki tema yang sama. Misalnya bergambar kereta api, maka semua prangko, cap pos, CK, SHP dan lainnya, memiliki gambar kereta api.
    Di dalam pameran, tingkat kesulitan dalam kategori tematik yang cukup dinilai tinggi, yaitu apabila kita bisa memperoleh cap pos bergambar tema yang bersangkutan. Prangkonya bisa saja bukan kereta api, tapi cap posnya bergambar kereta api, maka amplop atau sampul tersebut bisa dimasukkan ke dalam kategori tematik dan pada pameran harus kita beri tanda panah agar dapat diketahui segera oleh orang yang melihatnya.

    Back to Top

    FAQ (5)
    Sama seperti prangko, ada album khusus baik untuk SHP maupun Carik Kenangan.
    Buku filateli sangat disarankan untuk dibaca dan atau dimiliki para penggemar pengumpul prangko. Di Jakarta mungkin jarang. Coba cari dan beli di luar negeri. Lihatlah lewat URL: http://www.filateli.net- klik bagian BOOKS/LITERATURES.

    Back to Top

    FAQ (6)
    Banyak faktor mempengaruhi warna prangko.
    1. Usia prangko
    2. Perekat (gom) prangko
    3. Kelembaban udara
    4. Tinta cetak prangko
    5. Jenis kertas prangko
    6. Tempat dan cara penyimpanan prangko dan sebagainya.
    Semua prangko pasti akan berubah warnanya. Tinggal si kolektor sendiri mengatur prangko itu. Di Indonesia yang udaranya sangat lembab sekitar 80 derajat, sangat mempengaruhi kualitas prangko itu sendiri. Olehkarena itu, ada kolektor prangko senior Indonesia (di Jakarta) yang khusus menggunakan lemari besi (yang biasanya dipakai untuk menyimpan uang, saham, berlian dan benda berharga dengan kunci kode-kode diputar), malahan menggunakan lemari besi itu untuk menyimpan prangko. Di luarnya ditempelkan hygrometer, alat pendeteksi kelembaban udara. Kalau lembabnya tingga tidak akan dibuka. Kalau kelembaban rendah, barulah dibuka. Aneh tapi nyata.
    Perubahan warna juga banyak dipengaruhi oleh perekat (lem/gom) prangko. Olehkarena itu khusus prangko dari negara sosialis yang biasanya menggunakan gom sangat kuat, oleh kolektor prangko mint (baru/belum dicap), gom itu dibuang dulu, dibersihkan, barulah prangko disimpan. Begitu kuatnya sehingga meskipun memakai hawid (lembaran (biasanya) hitam untuk melapisi prangko), prangko itu masih menempel/melekat ke hawid karena gomnya begitu kuat, sehingga malah merusak prangko itu sendiri.
    Ingat: Jangan sekali-kali memakai bedak dalam menyimpan prangko (maksudnya supaya prangko tidak menempel gara-gara gom yang kuat), meskipun orang bilang ada bedak khusus prangko.
    Gom yang kuat atau gom apapun, karena merekat di kertas prangko (bagian belakang), akan berasimilasi dengan kertas prangko dan ikut mempengaruhi kualitas prangko, kertas dan warna, dari prangko itu sendiri. Apalagi kalau gom dan kertas terkena uap air, misalnya dari uap udara mulut kita yang berbicara langsung ke depan prangko tanpa pelindung apa pun (prangko tidak diplastik atau tidak dipakai hawid).
    Tinta cetak prangko yang jelek, khususnya jaman perang, akan cepat memudarkan warna prangko. Demikian pula kertas prangko, jangan perangko/revolusi dulu, bahkan sempat mencetak prangko pakai kertas seadanya (kertas peta/map), karena kehabisan kertas saat itu. Kertas yang jelek akan mempengaruhi kualitas fisik prangko.
    Tempat penyimpanan, agar dijauhkan dari tempat yang lembab. Ada yang memasukkan ke dalam lemari biasa, lalu dijaga suhu udara di dalam lemari menggunakan lampu 5 watt, agar kering udaranya. Akibatnya, prangko harus pula dianginkan, dibuka-buka dilihat-lihat sewaktu-waktu agar tidak terlalu kering. Apabila terlalu kering, prangko kita tahu-tahu akan menjadi abu. Bahkan ada kejadian prangko hilang gambarnya, sehingga hanya tampak kertas warna putih (polos) saja.
    Banyak sekali faktor mempengaruhi prangko. Apalagi kalau anda tanyakan ke ahli kimia dan ahli cetak prangko.

    Back to Top

    FAQ (7)
    Nilai prangko harus diartikan nilai pasar, apabila prangko dijual, mahal atau malah jadi murah.
    Arti lain dari nilai prangko adalah nilai sejarah. Biasanya nilai sejarah berkaitan erat dengan nilai harga pasar. Meskipun demikian ada faktor X di tengahnya yang ikut mempengaruhi hubungan kedua faktor tersebut (sejarah dan harga pasar). Apabila prangko tahun 1800 masih banyak (katakanlah 100 prangko) sampai dengan saat ini, harga yang termahal prangko itu tentu yang kualitasnya masih bagus, mulus. Jadi ke-10 prangko itu akan memiliki harga pasar yang berbeda, belum tentu sama semua. Misalnya, ada di antara prangko itu yang sudut prangkonya rusak atau robek sedikit, maka harga pasarnya akan jatuh.
    Warna dan kertas prangko yang berubah tidak bisa menjadi dasar untuk menjatuhkan harga pasar sebuah prangko. Seperti disebutkan di atas, bisa saja warna dan kertas prangko berubah karena memang sejak awal (aslinya) prangko itu dicetak tidak dengan baik (misalnya terburu-buru dicetak saat perang).
    Tapi kalau prangko di jaman normal kini dan jumlahnya jutaan, tentu dengan kertas dan warna yang menjadi jelek dibandingkan "saudaranya" yang lain, pasti harga pasar prangko tersebut akan jatuh.
    Olehkarena itu untuk mengetahui suatu nilai (harga pasar) prangko, perlu memiliki katalog prangko. Khususnya katalog prangko dunia, biasanya memuat keterangan mengenai prangko yang diterbitkan tersebut. Misalnya, prangko itu saat ini diperkirakan hanya ada sekian lembar karena lainnya telah dimusnahkan saat perang dunia kedua. Sehingga harga prangko tersebut (termuat gambarnya di katalog) menjadi sangat mahal, meskipun mungkin kualitas warna prangko itu sudah tak sebagus seperti saat dicetak dulu.
    Banyak sekali faktor yang mempengaruhi harga pasar sebuah prangko. Hal ini bisa dibahas panjang lebar di lain kesempatan.

    Back to Top

    FAQ (8)
    Harus pisahkan dulu antara menyimpan prangko baru (mint) dengan prangko bekas (used). Ini dilakukan untuk penyimpanan stock (inventaris) disebut stock book, karena dimasukkan ke buku inventaris. Tapi kalau untuk keperluan album koleksi - katakanlah tematik UPU - maka semua prangko atau benda filateli UPU bisa disatukan satu koleksi, terlepas dari mint atau used. Satu koleksi maksudnya, untuk keperluan pameran khususnya, sehingga saat pameran, koleksi itu siap dikirimkan, tinggal mengisi formulir pendaftaran panitia dan membayar uang pendaftaran peserta pameran.
    Ada salah kaprah dalam pengertian album prangko saat ini, tapi bisa ditolerir salah kaprah tersebut. Dalam sejarahnya, yang dimaksud album prangko adalah lembaran kertas pameran (seperti kita lihat pada pameran prangko) yang disatukan (di-binding) sehingga menjadi satu koleksi. Namun album prangko saat ini diartikan sebagai buku prangko yang biasa bisa kita jumpai dan beli di toko-toko buku.
    Mengapa harus dipisahkan antara koleksi mint dan used? Selain untuk memudahkan pengelolaan prangko, juga untuk keperluan pameran. Dalam satu koleksi pameran, sangat direkomendasikan agar prangko mint tidak dicampur dengan prangko used. Juri akan menjatuhkan penilaian apabila itu terjadi. Ingat, bukan berarti tidak boleh. Olehkarena itu apabila kita menampilkan satu seri prangko, misal terdiri dari tiga prangko, maka yang ditampilkan harus sama semua - semua mint atau semua used. Jangan campur, misal dua prangko mint dan satu prangko used.
    Sebetulnya cara ini (hanya untuk pameran) bukan hanya untuk satu seri, tetapi untuk satu koleksi pameran yang terdiri dari puluhan lembar kertas pameran. Kalau satu lembar berisikan prangko mint, maka lembar lain sangat direkomendasikan prangko mint, jangan campur, jangan munculkan prangko used.
    Karena tingkat kesulitan koleksi tinggi, maka lebih banyak orang menyimpan prangko used ketimbang prangko mint.
    Demikian pula, umumnya prangko mint biasanya untuk koleksi pribadi saja, dinikmati saja, dan prangko used untuk ditampilkan kepada umum, untuk perlombaan. Ingat, ini bukan kemutlakan. Ada pula kolektor yang khusus menampilkan prangko mint untuk dipamerkan.
    Masih banyak lagi faktor dan pertimbangan berat lin yang harus diperhitungkan untuk bisa mengikuti pameran filateli dengan baik.

    Back to Top

    FAQ (9)
    Paling baik memang menggunakan hawid, tapi mahal dan agak sulit mendapatkannya. Karena belum diproduksi dengan baik dan belum diproduksi massal oleh Indonesia. Pihak Pos Indonesia pernah mencoba memproduksi model hawid ini, tapi tak tahu lagi kelanjutannya. Umumnya hawid yang dijual di toko buku adalah impor dari luar negeri.
    Saya tidak tahu apakah pihak swasta Indonesia sudah memproduksi hawid secara massal dan mutu yang sama dengan kualitas luar negeri, misalnya dari AS dan Jerman. Kualitas hawid sangat berpengaruh pada prangko. Jadi kalau asal buat hawid, tentu malah akan merusah prangko kita sendiri dalam kurun waktu tertentu.
    Olehkarena itu paling aman, mudah, gampang dan murah, pakailah plastik tipis biasa, bukan kertas kaca yang biasa dipakai untuk membungkus parsel lebaran.
    Ingat, plastik biasa yang tipis yang (mungkin) biasa dipakai oleh toko obat untuk membungkus tablet atau kapsul.
    Cara membungkusnya juga yang rapi, jangan asal-asalan. Berikan kelegaan pada prangko untuk "bernafas". Olehkarena itu membungkus prangko harus lebih lebar sekitar satu milimeter dari ukuran prangko. Plastik itu pun perlu dilobangi depan belakang prang. Plastiknya yang dilobangi bukan prangkonya ! Caranya, tusuklah tipis plastik itu pakai jarum. Apa maksudnya? Agar prangko bisa "bernafas" terjaga kelembabannya, tidak terlalu kering atau tidak terlalu lembab. Itu pula sebabnya album prangko sewaktu-waktu harus dibuka dilihat-lihat agar bisa terangin-angin, dapat udara segar.
    Seperti diuraikan sebelumnya, walaupun telah dibungkus rapih, kelembaban prangko pun harus dijaga. Saat membungkus prangko hati-hati, terutama bagi prangko mint dengan perekat (gom) kuat. Apabila keadaan di sekeliling anda sangat lembab, misalnya sedang hujan deras, kemungkinan prangko menjadi lembab dan saat membungkus pun sebaiknya jangan dilakukan, karena prangko (mint) itu pasti akan menempel kuat pada plastik akibat gom yang terasimilasi dengan kelembaban tinggi seperti dirangsang untuk melekat pada benda yang menempel kepadanya (dalam hal ini plastik pembungkus). Namun karena plastik biasa, tentu suatu waktu kalau kita buka akan menempel kuat plastik dan prangko. Maka bukalah plastik perlahan-lahan dengan kesabaran tinggi. Kalau plastik terlalu tipis, mungkin akan melekat kuat pada prangko dan sulit pula dilepas atau dipisahkan keduanya.
    Penyimpanan
    Bagaimana kalau prangko mau ditampilkan untuk pameran? Plastik jangan dilepas, seperti biasa begitu saja. Tinggal kita memberikan latarbelakang warna hitam pada kertas pameran, dibingkai sekeliling prangko atau kertas hitam dilekatkan pada plastik (belakang prangko).
    Mengapa pakai (background) hitam atau bingkai? Supaya prangko tampak mengemuka (menonjol) dan mudah dilihat oleh para juri. Ingat, ini pameran prangko bukan pameran lukisan atau pameran foto. Jadi prangkolah atau benda filatelilah yang harus ditampilkan.

    Back to Top

    FAQ (10)
    Banyak sekali kualitas dan jenis album prangko.
    Ini juga mempengaruhi prangko. Demikian pula cara penyimpanan atau peletakkan album prangko tidak boleh sembarangan. Simpanlah album prangko berdiri, bukan tidur. Ini pun harus rapat atau di-press di kanan kirinya dengan album lain, jangan beri kelonggaran. Album prangko yang jelek akan melengkung-lengkung lembarannya suatu waktu dan ini akan merusak bentuk atau kualitas prangko pula.
    Namun yang paling bahaya bagi para kolektor benda filateli dalam mengoleksi/menyimpan prangkonya adalah kelembaban udara. Jangan terlalu lembab, terutama saat dibuka untuk dilihat-lihat.
    Memang mahluk prangko ini (dan juga benda filateli lain) seperti manusia saja, harus bernafas segala dan harus diperlakukan adil serta hati-hati karena sensitivitasnya tinggi. Satu hal lagi, mungkin cukup menguras uang kita apabila mau ditekuni secara profesional. Bagaimana tidak, satu prangko ada yang berharga milyaran dolar AS. But that is hobby, isn't it?
    Catatan: Kumpulan FAQ (Frequently Asked Questions) ini sengaja ditayangkan di internet supaya tersimpan rapi, sampai kapan pun bisa dibaca siapa saja dan di mana pun berada dengan mudah. Bukalah http://www.filateli.net - klik bagian Indonesian Philatelic Homepages - khususnya "Articles/Stories/Clippings.

    Back to Top

    FAQ (11)
    Apabila prangko telah menempel ke album, satu-satunya cara dengan merusak (mengorbankan) album. Kemudian prangko beserta kertas album direndam air. Setelah prangko terlepas dari kertas album, dibersihkan dan dikeringkan di udara biasa, diangin-anginkan.
    Jangan sekali-kali menyetrika prangko.
    Letakkan prangko yang basah di atas kertas putih bersih - jangan di atas kertas koran - tutup dengan kertas putih pula. Lalu himpit dengan buku tebal atas bawah.
    Setelah kira-kira 10 menit pindahkan ke sampingnya (pada kertas putih yang sama) agar kertas basah menyerap air prangko tadi bisa ditinggalkan.
    Terus himpit lagi dengan buku (prangko di antara dua kertas putih bersih.)
    Setelah beberapa jam, buka dan anginkan serta jepit lagi (ulangi lagi). Biarkan dijepit buku sampai satu malam.
    Keesokan harinya setelah prangko benar-benar kering, bungkus pakai plastik tipis biasa (jangan kertas kaca) dan masukkan ke album prangko baru.

    Back to Top

    FAQ (12)
    Banyak sekali katalog prangko dipakai filatelis dunia. Tapi ada tiga besar yang menjadi standar yaitu Stanley Gibbons, Yvert&Tellier and Scott. Orang AS (tidak selalu) kebanyakan menggunakan Scott dan SG. Sedangkan filatelis di Eropa banyak memakai Yvert dan SG. Ada pula katalog Michel dari Jerman.
    Harga katalog Scott (khusus abjad G-I Volume 3 (termasuk Indonesia) tahun 1999 US$27.95 Ongkos kirim $11.50 (as per October 1998). Untuk lengkap seluruh set Scott 1999 harganya $223,6 belum termasuk ongkos kirim. Alamatkan email anda untuk info lebih lanjut ke:ssm@amospress.com Webnya bisa lihat lewat http://www.filateli.net - klik bagian Dealers (Pedagang Prangko).
    Semua katalog dunia itu TIDAK ADA yang lengkap mengenai Indonesia. Yang lebih lengkap, selain katalog APPI (Asosiasi Pedagang Prangko Indonesia) - saya tak akan mengomentari soal harga pasar yang tercantum di sana, dan juga katalog dari Belanda (lupa namanya) khusus mengenai Indonesia, banyak jadi acuan para filatelis Indonesia.
    Untuk perbandingan harga, mungkin bisa pakai katalog dunia tersebut agar wawasan pengetahuan kita lebih terbuka lagi.

    Back to Top

    FAQ (13)
    Prangko tidak lepas dari segi investasi. Benar sekali. Meskipun kita kolektor murni - tidak mau memperdagangkan prangko - tapi mau tak mau harus mengikuti keadaan pasar prangko yang telah terbentuk. Antara lain pengaruh penerbitan katalog prangko. Merupakan kebanggaan bagi pengumpul prangko yang memiliki prangko dengan harga mahal, apalagi prangko langka.
    Mengapa? Karena prangko langka, meskipun kita orang kaya, belum tentu bisa mendapatkan prangko tersebut apabila si pemiliknya tidak mau menjual prangko langka itu.
    Olehkarena itu wajar saja kalau banyak yang bertanya, mana menguntungkan (dari segi harga), prangko yang sudah dicap atau belum dicap.
    Mesti diingat, prangko sebenarnya komoditi yang harga jualnya mengikuti dan terpengaruh pula kepada harga pasar. Patokan utamanya adalah katalog, baik katalog umum seperti Scott, Stanley Gibbons, Michell, Yvert&Tellier, dan sebagainya, maupun juga katalog para pedagang prangko seperti katalog lelang dari David Feldman yang cukup berpengaruh.
    Secara umum apabila kembali ke pertanyaan mahal tidaknya prangko sudah dicap atau belum, kita mesti kembali kepada kaedah dasar perfilatelian. Juga, berbagai faktor ikut mempengaruhi harga prangko.
    Misalnya, si kolektor hanya mengoleksi prangko yang telah dicap saja. Meskipun dijual murah, mungkin kolektor itu akan berpikir dua kali untuk membeli. Apalagi prangko tersebut bukan spesialisasinya. Tapi kalau benda itu masuk ke dalam spesialisasinya, katakanlah "sampul-sampul palang merah", berapa pun harga sampul yang ditawarkan, diusahakan keras untuk dibelinya. Demikian pula untuk prangko.
    Prangko juga akan dinilai dari cap yang diberikan. Maka jangan heran apabila di dalam pameran prangko koleksi tematik, cap tematik sangat berperan penting. Ini berarti, cap-cap khusus hari pertama yang diterbitkan administrasi pos suatu negara, sangatlah berharga.
    Apabila cap hari pertama (catatan: di Jepang cap hari pertama diberikan bebas kepada umum yang memintanya di kantorpos utama dan hanya diberi kesempatan selama satu hari yaitu hari terbit pertama) dibubuhkan kepada prangko yang ada di atas sampul, nilai koleksi tersebut sangat baik. Apalagi kalau capnya bisa terlihat dan terbaca jelas.
    Apabila dibandingkan hanya prangko saja - satu menggunakan cap hari pertama dan satu lagi cap pos biasa - maka nilai prangko akan lebih baik (sedikit) pada prangko yang diberikan cap hari pertama ketimbang cap pos biasa. Itu pun perlu pula dengan melihat kejelasan cap.
    Ada pula mungkin kesempatan mendapatkan cap khusus selama periode tertentu. Tentu semakin pendek periode pemberian cap, semakin berharga nilai benda filateli yang mendapatkan teraan cap khusus tersebut. Mengapa? Karena kesempatan mendapatkan cap khusus terbatas, secara logika (meski tidak menjamin), jumlah benda filateli yang mendapat cap khusus lebih sedikit.
    Bagaimana dengan cap tangan dan cap mesin? Untuk membandingkan keduanya, kita harus menggunakan standar ukuran yang sama. Katakanlah keduanya digunakan selama 10 tahun terus menerus. Artinya, kedua cap merupakan cap biasa yang dipakai sehari-hari. Dalam hal ini berarti prangko yang menggunakan cap tangan akan lebih berharga ketimbang menggunakan cap mesin.
    Mengapa? Karena tenaga manusia jauh lebih berharga ketimbang tenaga mesin (dalam perfilatelian). Namun ada pula koleksi khusus prangko mesin atau prangko label, yaitu prangko - mirip label - yang dibuat otomatis oleh mesin prangko (kecil) di kantorpos. Nilai prangko mesin ini yang lebih berharga adalah terbitan administrasi pos. Bukan prangko mesin langganan yang biasa dipakai perusahaan-perusahaan biasa. Koleksi prangko mesin ini perlu satu cerita panjang tersendiri.
    Kesimpulannya, kita tidak bisa menyatakan prangko yang telah dicap lebih berharga atau lebih mahal ketimbang yang belum dicap. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Untuk jelasnya, silakan buka katalog anda. Di sana tercantum harga prangko yang telah dicap dan harga prangko yang belum dicap. Kadangkala prangko yang telah dicap (used) ada yang lebih mahal, kadangkala lebih murah daripada prangko yang belum dicap.

    Back to Top

    Updated 27 July 2002