|
Menjual koleksi prangko kita
TOKYO (LoveIndonesiaPhilately) -
Saat ini perekonomian Indonesia masih kurang baik. Cari uang sulit, terpaksa menjual barang yang kita anggap kurang berguna bagi kehidupan sehari- hari. Jatuhnya kepada koleksi filateli yang mungkin diperoleh dari orangtua yang telah meninggal dunia.
Seringkali penulis mendapat pertanyaan, bagaimana menjual prangko atau koleksi kita? Terus terang saja, banyak pedagang yang pasti akan menekan harga jual kita. Wajar karena mereka adalah pedagang, cari uang, beli murah jual mahal. Belum lagi pedagang yang nakal, bilang palsu, murah sekali tak ada harganya, dan sebagainya.
Maafkan apabila saran penulis di bawah ini salah, karena memang bukanlah pedagang.
Penilaian suatu prangko atau koleksi yang ingin kita jual, paling aman menggunakan standar buku katalog prangko. Jual beli prangko paling obyektif dengan buku katalog.Y´ Buku ini sebenarnya bukan saja untuk jual beli tetapi merupakan keharusan bagi setiap kolektor benda filateli untuk memiliki sedikitnya katalog negaranya sendiri. dalam hal ini katalog prangko Indonesia (KPI).
Kebetulan saja KPI saat ini hanya dibuat oleh Asosiasi Pedagang Prangko Indonesia (APPI) yang bermarkas di Surabaya. Bukan tidak mungkin suatu waktu akan diterbitkan pula katalog serupa oleh perusahaan atau organisasi lain.
Perkumpulan Filatelis Indonesia sempat pula menerbitkan katalog lelang prangko, walau masih sederhana dalam bentuk stensil sekitar tahun 1970-an. Bahan lelang dari anggota, dijual kepada anggota secara terbuka pada hari Minggu tertentu (biasanya Minggu pertama dalam bulan) maupun lewat penawaran lewat pos.
Penjualan lelang cukup ramai saat itu. Tentu saja penawar tertinggi yang menang. Seusai lelang bisa langsung mengambil barangnya. Lalu si pembeli, maupun pemilik atau penitip barang sebelumnya, apabila barang terjual laku, dikenakan biaya administrasi masing-masing 5%. Dana itu dipakai untuk operasional PFI sehari-hari melayani para anggotanya.
Di waktu lampau ada pula KPI yang diterbitkan oleh perusahaan Belanda, Zonnebloem, bahkan sampai dengan 1999 beserta CD-ROM perusahaan ini masih menerbitkan katalognya.
Pemilikan semakin banyak katalog prangko sangat baik bagi kita sendiri karena bisa membandingkan satu sama lain dan kita bisa menarik garis tengah kira-kira harga terbaik yang mana.
Meskipun demikian semua itu tergantung pula kepada kualitas benda filateli, katakanlah prangko kuno yang kita miliki.
Apabila prangko itu dalam kondisi sangat baik, tidak menguning, tidak cacat giginya, mulus tak bercela cetak gambar dan rancangan prangkonya dan sebagainya, maka tentu harga katalog termahal yang bisa menjadi pegangan bagi kita.
Bagaimana mungkin prangko kuno tidak kuning atau menjadi berwarna coklat? Benar sekali. Ada prangko karena kartasnya jelek, maka menguning atau menyoklat. Tak bisa dihindari. Tapi warna yang tidak berubah menjadi patokan umum. Apabila prangko yang sama, kuno, kebanyakan tidak menguning tetapi prangko itu yang ada di tangan kita menguning, berarti prangko kita tak baik.
Lalu perhatikan pula cap khusus yang ada pada prangko.
Belakangan ini banyak prangko kuno Indonesia, terutama jaman penjajahan Jepang dan Belanda, yang muncul dalam bentuk atau penampilan aneh. Artinya, cap cetak tindihnya patut diragukan.
Ada prangko cetak tindih yang palsu, prangko kuno tapi di cap cetak tindih oleh oknum akhir-akhir ini. Prangko-prangko semacam ini malah semakin berbahaya kalau kita beli hanya prangko saja, bukan dalam bentuk di atas surat yang berjalan, suratpos yang benar-benar diposkan dan dikirimkan lalu diterima si alamat.
Bagi penulis pribadi, sangat tidak mau membeli prangko cetak tindih tersebut. Namun apabila di atas amplop surat yang jalan atau di atas kartupos yang jalan, benar-benar diposkan, pasti akan dibeli. Satu hal pula mohon diperhatikan, ada yang sengaja memberikan cap tanggal pos, seolah sampul surat atau kartupos itu memang benar-benar jalan. Silakan saja. Dengan cap pos yang dicap belakangan itu, kita bisa mendeteksi jauh lebih mudah sampul surat atau kartupos itu memang asli atau aspal (asli tapi palsu). Mengapa, karena cap tanggal pos mudah dideteksi untuk diketahui keasliannya. tetapo cap cetak tindih, perlu penelitian lebih lanjut.
Di Amerika sendiri ada tim peneliti mengenai keaslian benda filateli dan akan memberikan sertifikat keaslian tersebut, maka amanlah kita berapa pun uang yang kita keluarkan dengan sertifikat tersebut.
Masalahnya di Indonesia, terlalu banyak pemalsuan kita jumpai di berbagai sektor. Soal kepercayaan menjadi tandatanya besar. Bisakah kita percaya pedagang prangko Indonesia? Silakan anda hakimi sendiri- sendiri dan jangan disamaratakan satu sama lain, karena ada memang yang baik dan ada pula yang jahat.
Bandingkan
Bagi kalangan awam yang memerlukan uang mau menjual koleksi atau koleksi diperoleh dari orangtua yang telah meninggal, lalu ingin dijual, biasanya mengalami kesulitan. Pertama karena tidak kenal filateli. Kedua, karena tak tahu ke mana harus dijual. Memang menjual benda filateli tak akan ke mana-mana karena pasarnya sempit. Jadi kalau ada koleksi filateli yang hilang, pasti akan cepat terdeteksi ketahuan cepat atau lambat karena akan jatuh ke kelompok manusia yang sama, para kolektor prangko.
Untuk kalangan awam, seringkali penulis sarankan, lakukan penelitian ke berbagai pedagang prangko. Tanyakan berapa harga prangko atau benda filateli yang ingin kita jual itu. Tentu saja kalau cuma bicara atau lewat email, tampaknya sulit karena pedagang harus melihat benda aslinya. Satu bukti jual beli benda filateli lewat internet (atau email) akan sulit dilakukan, kecuali nasabahnya memang telah mengenal baik, si pedagang yang menjajakan lewat internet itu.
Bawa koleksi filateli ke beberapa pedagang. Mereka akan memberikan penilaian. Lalu bawa ke pedagang lainnya, juga akan memberikan penilaian. Semakin banyak penilaian diperoleh dari berbagai pedagang, semakin baik bagi kita untuk mengetahui dengan baik, berapa kira-kira harga benda filateli yang akan kita jual itu.
Harga jual itu tentu dalam Rupiah, mata uang Indonesia. Lalu kita bandingkan dengan harga yang tertera di KPI yang terakhir ini tampaknya dalam satuan ribuan Rupiah. Awas jangan salah melihat harga prangko pada KPI.
Bisa pula kita bandingkan dengan harga yang tercantum pada Zonnebloem atau katalog prangko lain yang memuat materi benda filateli Indonesia.
Apabila dijual di luar negeri, memang akan dihargai tinggi karena orang asing, misalnya orang Jepang, memang memiliki uang untuk membeli.
Tapi bukan berarti dijual di Indonesia berharga rendah. Bisa juga berharga tinggi apabila kita jual kepada kolektor berduit dan memang pas memiliki tema koleksi sesuai dengan koleksi yang ingin kita jual.
Dengan demikian bisa dikatakan, jual-beli benda filateli adalah mirip jodoh-jodohan. Kalau memang jodoh, bedakan dengan untung-untungan, maka harga jual koleksi kita akan tinggi.
Hal ini berlaku bagi penjualan benda filateli ke luar negeri. Apabila kita bisa menemukan orang yang memiliki koleksi serupa dengan koleksi yang ingin kita jual, maka bisa mendapatkan harga tinggi.
Membandingkan penjualan benda filateli di Indonesia dan di luar negeri sebenarnya tidak fair. mengapa? Karena memang situasi perekonomian Indonesia dengan di negara maju, misalnya di Jepang sangat berbeda.
Kalau pun dilakukan, tokoh biaya kirim (ongkos kirim) juga mahal, akhirnya harga hanya akan lebih baik sedikit dibandingkan dijual di Indonesia. Olehkarena itu, daripada jual susah-susah, belum lagi resiko hilang, dan hanya dapat kelebihan sedikit, mungkin perlu dipikirkan untuk dijual di Indonesia saja daripada dikirimkan ke luar negeri.
Terpenting dalam menjual koleksi kita adalah, bagaimana kita bisa mendapatkan pembeli yang jodoh dengan koleksi yang ingin kita jual. Orangkaya sekali pun kalau tak mengoleksi benda filateli seperti yang ingin kita jual, pasti atau umumnya tak akan mau membeli karena dianggap akan merepotkan koleksinya saja, dan mungkin tak akan terurus.
Bagaimana mendapatkan kolektor yang jodoh dengan koleksi kita? Aktiflah menjadi anggota perkumpulan filatelis atau amenjadi anggota milis jual-beli prangko baik di Indonesia maupun di luar negeri. Untuk Indonesia sudah ada milis lelangprangko@yahoogroups.com yang bebas dan tanpa biaya apa pun untuk jual beli. Untuk diskusi biasa bisa memakai prangko@yahoogroups.com
Dengan semakin banyak teman sesama kolektor, kita bisa tahu sama lain hobi dan koleksi mereka sesungguhnya. Apabila sama dengan koleksi yang ingin kita jual, semakin mudahlah menjual koleksi tersebut.
Di perkumpulan filatelis juga selalu mengadakan pertemuan anggota setiap bulan. Dalam pertemuan itulah kita bis amengenal dan mengetahui satu sama lain, apa koleksi mereka.
Dengan demikian, sosialisasi sangatlah penting sebagai kolektor prangko. Kecuali apabila kita memang tak akan menjual koleksi prangko sampai kapan pun, silakan menjadi manusia pasif, jangan berteman dan tak usah datang ke pertemuan apa pun. Tapi jangan salahkan hobi filateli apabila suatu waktu perlu uang mau menjual dan tak tahu harus menghubungi siapa atau berapa harga prangko sebenarnya karena harga pasar memang selalu berubah setiap waktu.
Satu lagi catatan penting, seorang filatelis senior asal Semarang yang menetap di Jakarta, Untung Rahardjo, menekankan pula pemberian catatan pada koleksi kita sehingga saat diberikan kepada anggota keluarga lain, walaupun merek tidak mengerti prangko, setidaknya bisa membaca dan mengetahui isi koleksi yang dilakukan sang kolektor. Misalnya berapa mahal saat dibeli, apakah prangko ada cacat, beli dari siapa, kapan dibeli, apa kekhususan prangko itu, dan sebagainya.
Richard Susilo
HOME | Today's News | Shopping | Add URL Copyright 1999-2002 © SuratkabarCom Online
|