suratkabar.com

Domain For Sale


suratkabar.com
Love Indonesia Philately

Breaking News.....

Zaman Hindia Belanda
20/10/2002 (21:00)


FILATELI REMAJA

Diasuh oleh S Soedjas

ZAMAN HINDIA BELANDA

Termasuk koleksi Indonesia adalah segenap prangko yang diterbitkan atau pernah dipergunakan di daerah Indonesia sebelum Republik Indonesia (kesatuan) 1950. Dapat dimengerti bahwa prangko-prangko dari masa itu sekarang lebih sukar didapatkan apalagi dalam seri-seri lengkap, dan karenanya umumnya lebih mahal. Sebaliknya koleksi sejak dulu mempunyai nilai sejarah dan menggambarkan keadaan-keadaan di Indonesia pada waktu itu.

Filateli tidak hanya meliputi prangko saja, tetapi juga segala sesuatu yang berhubungan dengan pengiriman surat atau urusan pos teratur; dalam Museum Pos terdapat benda-benda dari Zaman Purba juga.

Sebelum ada badan atau lembaga yang sekarang kita sebut Dinas Pos, orang yang ingin berkirim surat menyerahkannya kepada seorang petugasnya (caraka) untuk disampaikan secara langsung dan pribadi kepada si alamat.

Para raja dan pembesar mempunyai petugas-petugas khusus; orang-orang biasa dapat menitipkan surat-surat kepada orang-orang yang bepergian ke tempat yang dituju atau pedagang-pedagang keliling.

Pada zaman penjajahan Belanda, tiap desa harus menyediakan petugas untuk meneruskan surat-surat resmi ke desa lain secara estafet sehingga akhirnya surat itu sampai. Sepanjang jalan Daendels mulai Anyer sampai Banyuwangi (lewat Bandung) disediakan kuda-kuda untuk menarik kereta-kereta pos secara estafet sampai kepada perhentian berikutnya.

Pada waktu itu surat-surat Kilat ditempeli tanda bulu ayam putih sedang Kilat Khusus bulu ayam putih dan hitam yang berarti harus dijalankan pada waktu malam juga.

Setelah ada Dinas Pos mula-mula pembayaran bea kirim dipungut kemudian dari si alamat. Hal ini kadang-kadang menimbulkan kesukaran bila si alamat tidak bersedia atau tidak mampu membayar; pun biayanya menjadi sangat tinggi bila suratnya diestafetkan lewat beberapa tangan.

Akhirnya si pengirimlah yang membayar dengan penuh kepercayaan bahwa suratnya akan sampai; surat-surat ini ditandai atau dicap franco yang artinya: sudah dibayar.

Hubungan pos di Indonesia bagi umum terutama dengan Negeri Belanda; di Indonesia sendiri Pemerintah telah memiliki aparat resmi yaitu pejabat-pejabat pemerintahan sampai ke desa-desa.

Mulai tahun 1845 sampai 1847 setibanya di Batavia (=Jakarta) ditempeli carik Prangko Pungut yang jumlah beayanya diisi dengan tangan; beaya selebihnya dari gulden dinyatakan dengan mata uang koper atau duit yang bernilai kira-kira 2 cent. Surat dengan tempelan demikian sekarang bernilai antara Rp 300.000 sampai Rp 500.000.

Antara 1847 1854 dipergunakan cap landmail (nilai antara Rp 6.000 Rp 15.000). Prangko (dulu disebut kepala raja) dengan sistem bayar dulu di Indonesia dipergunakan mulai 1864; di Nederland sendiri mulai 1852. Prangko pertama adalah dari 10 cent bertuliskan Nederl. Indie dengan gambar Raja Willem III. Pada tahun 1870 jumlah prangko diperluas mulai 1 cent sampai f. 2,50 (seringgit).

Prangko Amal (dengan tambahan) dikeluarkan mulai 1915 yaitu untuk Palang Merah. Prangko Peringatan pertama adalah dari 1923 untuk memperingati pemerintahan Ratu Wilhemina genap 25 tahun. Prangko Pos Udara (luchtpost) diterbitkan mulai tahun 1928 sampai 1933; kemudian dipergunakan prangko-prangko biasa. Prangko Pungut (Te betalen Port) dipakai mulai 1874.

Prangko-prangko itu semua dicetak di Negeri Belanda (Haarlem); pada waktu Nederland diduduki oleh Jerman dicetak di Batavia (1940); pada waktu pendudukan Jepang dicetak di Australia dan USA (1945-1947); mulai 1948 di Jakarta lagi.

Sejak nama Nederlands Indie oleh Belanda sendiri diubah menjadi Indonesia; jadi prangko-prangko dengan nama ini adalah penerbitan Belanda meliputi :

(1) Cetak tindih Indonesia; 1948 pada prangko-prangko Hindia Belanda bergambarkan Ratu Wilhemina; jumlah 11 prangko.

(2) Seri Angka 1949 (dengan 6 lingkaran); jumlah 9 prangko.

(3) Seri Peringatan 75 tahun UPU 1949; 2 prangko.

(4) 1949 seri Candi-candi dan Bangunan; kecil (9 prangko), besar (6 prangko).

Di samping prangko untuk penggunaan umum tersebut dipergunakan pula prangko-prangko untuk surat-surat resmi (1911) dengan cetak tindih D dan Dienst. Pada tahun 1921 diterbitkan prangko bertuliskan Drijvende Brandkast untuk surat-surat yang dikirimkan ke negara Belanda dalam kotak-kotak apungan pada kapal-kapal.

Di Irian Jaya diterbitkan prangko-prangko mulai 1949 sampai 1962 dengan nama Nieuw Guinea dan Nederlands Nieuw Guinea.

(FP) Merpatipos no.6 tahun 9 Juni 1975

(RW) Agus Wahyudi, 601-0902

Catatan :

Telah dilakukan sedikit penyuntingan (editing), pada naskah asli kata : filateli ditulis philateli; prangko ditulis perangko; dari ditulis daripada, sistem ditulis system; diubah ditulis dirubah, lewat ditulis liwat.


[an error occurred while processing this directive]

HOME | Today's News | Shopping | Add URL

Copyright 1999-2002 © SuratkabarCom Online