FILATELI REMAJA
Diasuh oleh S Soedjas
ZAMAN HINDIA BELANDA
Termasuk koleksi Indonesia adalah segenap prangko yang diterbitkan atau pernah
dipergunakan di daerah Indonesia sebelum Republik Indonesia (kesatuan) 1950.
Dapat dimengerti bahwa prangko-prangko dari masa itu sekarang lebih sukar didapatkan
apalagi dalam seri-seri lengkap, dan karenanya umumnya lebih mahal. Sebaliknya
koleksi sejak dulu mempunyai nilai sejarah dan menggambarkan keadaan-keadaan
di Indonesia pada waktu itu.
Filateli tidak hanya meliputi prangko saja, tetapi juga segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengiriman surat atau urusan pos teratur; dalam Museum Pos
terdapat benda-benda dari Zaman Purba juga.
Sebelum ada badan atau lembaga yang sekarang kita sebut Dinas Pos, orang yang
ingin berkirim surat menyerahkannya kepada seorang petugasnya (caraka) untuk
disampaikan secara langsung dan pribadi kepada si alamat.
Para raja dan pembesar
mempunyai petugas-petugas khusus; orang-orang biasa dapat menitipkan surat-surat
kepada orang-orang yang bepergian ke tempat yang dituju atau pedagang-pedagang
keliling.
Pada zaman penjajahan Belanda, tiap desa harus menyediakan petugas untuk meneruskan
surat-surat resmi ke desa lain secara estafet sehingga akhirnya surat itu
sampai. Sepanjang jalan Daendels mulai Anyer sampai Banyuwangi (lewat Bandung)
disediakan kuda-kuda untuk menarik kereta-kereta pos secara estafet sampai kepada
perhentian berikutnya.
Pada waktu itu surat-surat Kilat ditempeli tanda bulu
ayam putih sedang Kilat Khusus bulu ayam putih dan hitam yang berarti harus
dijalankan pada waktu malam juga.
Setelah ada Dinas Pos mula-mula pembayaran bea kirim dipungut kemudian dari
si alamat. Hal ini kadang-kadang menimbulkan kesukaran bila si alamat tidak
bersedia atau tidak mampu membayar; pun biayanya menjadi sangat tinggi bila
suratnya diestafetkan lewat beberapa tangan.
Akhirnya si pengirimlah yang membayar
dengan penuh kepercayaan bahwa suratnya akan sampai; surat-surat ini ditandai
atau dicap franco yang artinya: sudah dibayar.
Hubungan pos di Indonesia bagi umum terutama dengan Negeri Belanda; di Indonesia
sendiri Pemerintah telah memiliki aparat resmi yaitu pejabat-pejabat pemerintahan
sampai ke desa-desa.
Mulai tahun 1845 sampai 1847 setibanya di Batavia (=Jakarta)
ditempeli carik Prangko Pungut yang jumlah beayanya diisi dengan tangan; beaya
selebihnya dari gulden dinyatakan dengan mata uang koper atau duit yang
bernilai kira-kira 2 cent. Surat dengan tempelan demikian sekarang bernilai
antara Rp 300.000 sampai Rp 500.000.
Antara 1847 1854 dipergunakan cap landmail (nilai antara Rp 6.000 Rp 15.000).
Prangko (dulu disebut kepala raja) dengan sistem bayar dulu di Indonesia dipergunakan
mulai 1864; di Nederland sendiri mulai 1852. Prangko pertama adalah dari 10
cent bertuliskan Nederl. Indie dengan gambar Raja Willem III. Pada tahun 1870
jumlah prangko diperluas mulai 1 cent sampai f. 2,50 (seringgit).
Prangko Amal (dengan tambahan) dikeluarkan mulai 1915 yaitu untuk Palang Merah.
Prangko Peringatan pertama adalah dari 1923 untuk memperingati pemerintahan
Ratu Wilhemina genap 25 tahun. Prangko Pos Udara (luchtpost) diterbitkan mulai
tahun 1928 sampai 1933; kemudian dipergunakan prangko-prangko biasa. Prangko
Pungut (Te betalen Port) dipakai mulai 1874.
Prangko-prangko itu semua dicetak di Negeri Belanda (Haarlem); pada waktu Nederland
diduduki oleh Jerman dicetak di Batavia (1940); pada waktu pendudukan Jepang
dicetak di Australia dan USA (1945-1947); mulai 1948 di Jakarta lagi.
Sejak nama Nederlands Indie oleh Belanda sendiri diubah menjadi Indonesia;
jadi prangko-prangko dengan nama ini adalah penerbitan Belanda meliputi :
(1) Cetak tindih Indonesia; 1948 pada prangko-prangko Hindia Belanda bergambarkan
Ratu Wilhemina; jumlah 11 prangko.
(2) Seri Angka 1949 (dengan 6 lingkaran); jumlah 9 prangko.
(3) Seri Peringatan 75 tahun UPU 1949; 2 prangko.
(4) 1949 seri Candi-candi dan Bangunan; kecil (9 prangko), besar (6 prangko).
Di samping prangko untuk penggunaan umum tersebut dipergunakan pula prangko-prangko
untuk surat-surat resmi (1911) dengan cetak tindih D dan Dienst. Pada tahun
1921 diterbitkan prangko bertuliskan Drijvende Brandkast untuk surat-surat
yang dikirimkan ke negara Belanda dalam kotak-kotak apungan pada kapal-kapal.
Di Irian Jaya diterbitkan prangko-prangko mulai 1949 sampai 1962 dengan nama
Nieuw Guinea dan Nederlands Nieuw Guinea.
(FP) Merpatipos no.6 tahun 9 Juni 1975
(RW) Agus Wahyudi, 601-0902
Catatan :
Telah dilakukan sedikit penyuntingan (editing), pada naskah asli kata : filateli
ditulis philateli; prangko ditulis perangko; dari ditulis daripada, sistem ditulis
system; diubah ditulis dirubah, lewat ditulis liwat.