suratkabar.com

Domain For Sale


suratkabar.com
Love Indonesia Philately

Breaking News.....

Soeharto Presiden di atas Prangko
Oleh Agnes
20/10/2002 (21:00)


BANDUNG (LoveIndonesiaPhilately) - Jumat 11 Maret 1988 Bapak Soeharto dipilih dan diangkat kembali oleh MPR-RI sebagai Presiden RI. Beliau adalah Presiden kedua setelah Bapak Soekarno yang memangku tugas sebagai Presiden sebanyak 6 kali (termasuk sebagai pejabat Presiden RI 22-3-1967 sd 27-3-1968).

Presiden yang lahir 8 Juni 1921 menikahi Ibu Tien pada tanggal 26 Desember 1947 dan kini telah dianugrahi putra putri sebanyak 6 orang (dulu belum ada kampanye KB lho).

Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden RI dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa, dan resmilah Bapak Soeharto sebagai Presiden RI untuk masa bakti 27 Maret 1968 sd 23 Maret 1973.

Kemudian dipilih dan diangkat kembali hingga 1978, dan terus berlanjut pada periode 1978-1983, 1983-1988, dan yang sekarang 1988-1993 merupakan masa tugas keenam sebagai Presiden RI yang kini berusia 67 tahun.

Apa yang istimewa dengan peristiwa besar diangkatnya Bapak Soeharto sebagai Presiden RI ? Jawabnya ? Banyak. Prangko definitif seri Presiden yang tersebar di seluruh kantor pos dan pembeli prangko di Indonesia dapat terus dipakai untuk membayar ongkos kirim surat pos untuk masa minimal 5 tahun lagi.

Bagaimana jika Bapak Soeharto tidak dipilih/diangkat lagi ? Wah, berjuta-juta biji prangko definitif seri Presiden Soeharto yang telah dicetak akan ditarik dari peredaran dan tidak akan ditemui lagi dijual di kantor pos. Dan seperti biasanya berlaku di kantor pos akan ada masa transisi  2 minggu setelah tanggal penarikan, semua surat pos masih boleh menggunakan prangko seri tersebut.

Bila masih belum digunakan (mint) dapat ditukar dengan seri lain yang masih berlaku. Melampaui waktu tersebut, prangko tersebut tidak boleh dipakai untuk pelunasan ongkos kirim surat pos dan tidak boleh ditukar lagi. Wah rugi dong! Memang.

Itulah nilai prangko dan harga prangko yang berkaitan dengan gambar yang dicetak di atasnya. Siapa bilang prangko definitif dianaktirikan para filatelis ? Malah merupakan obyek yang menarik, karena punya keunikan/kelebihan yang tidak dimiliki prangko peringatan, di antaranya berupa petunjuk bulan dan tahun cetak ulang. Prangko definitif yang dicetak ulang biasanya yang sering dipakai untuk pelunasan ongkos perposan.

Tapi ada juga prangko definitif yang sekali cetak tidak akan diulang lagi karena nominalnya jarang/sulit digunakan. Contohnya, seri Presiden Soeharto nominal Rp 12,50.

Prangko seri Presiden Soeharto pertama kali terbit pada 17-8-1974 sebanyak 6 kopure, kemudian 17-8-1976, 4 kopure Rp 200,00, Rp 300,00, Rp 400,00 dan Rp 500,00, merupakan prangko mahal pada saat itu. Pada 8-6-1980, 4 kopure yang diterbitkan dengan desain baru garapan H. Soeroso, disusul 26-7-1980, 1 kopure, dan pada 8-6-1981, 2 kopure.

Tanggal 15-10-1981 diterbitkan booklet ke-7 dengan kopure Rp 100,00 dan Rp 200,00 dengan desain yang sama seperti pada terbitan 8-6-1980, hanya petunjuk tahun 1981 yang dicetak di prangko yang membedakan.

Kemudian 17-9-1982 diterbitkan 1 kopure dengan ukuran prangko lebih besar tapi desain yang dipakai desain lama. Tanggal 26-2-1983 dengan 2 kopure. Satu kopure terbit tanggal 27-6-1983 yang oleh katalog Zonnebloem tanpa disebut tanggal yang jelas, malah disebut pada Juli 1983.

Prangko yang dirancang Soenardi dicetak secara intaglio diterbitkan 11-3-1983 dengan 1 kopure.

Prangko berukuran lebih besar seperti terbitan 1982 terbit 27-9-1983 dengan 2 kopure. Dua kopure prangko desain baru rancangan Yan Musbar diterbitkan 10-4-1985, dan prangko desain H. Soeroso 3 kopure diterbitkan 24-10-1986. Dan terakhir tahun 1987 terbit pula 3 kopure prangko yang tanggal terbitnya masih dirahasiakan padahal telah beredar luas. Bagaimana ini ?

Banyak prangko seri Presiden yang terbit tanpa Sampul Hari Pertama, ini adalah masalah yang belum diselesaikan hingga 1987.

Bagaimana bisa, terutama filatelis yang berusaha membuat SHP sendiri dengan sampul sendiri dan cap tanggal (harian) padahal tanggal terbitnya tidak tahu. Dan SHP yang diterbitkan selama ini rata-rata sebanyak 10.000 buah tiap seri penerbitan, apakah tidak terjadi penambahan jumlah fiktif oleh Pos atau juga pemalsuan oleh pegadang, mengingat kejadian tahun 1977 seri 10 tahun ASEAN yang desain SHP-nya beredar 2 macam (yang 1 salah rancang).

Dengan sering larisnya SHP, habis di persediaan pos, tidak tertutup kemungkinan SHP akan dipalsu untuk memenuhi kebutuhan filatelis yang jumlahnya lebih dari 10.000, apalagi bila didukung oleh harga SHP yang bagus dibanding harga prangkonya. Untung SHP kita harganya biasa-biasa saja.

Di tahun 1986 kita pernah dikagetkan dengan rencana penerbitan seri first Lady tapi batal. Memang, sebagai kebiasaan orang yang masih hidup jarang ditampilkan pada prangko (kecuali Kepala Negara), walau begitu Charles dan Diana (keluarga kerajaan Inggris) atau penyanyi Michael Jackson wajahnya pernah dicetak di atas kertas bernilai filateli ini.

Nekad. Itulah kesan terhadap pemalsuan prangko seri Presiden Soeharto yang pernah ramai diberitakan. Gambar Presiden memang tidak dipalsukan, hanya dicetak bukan oleh Perum Peruri. Tapi kalau gambar Presiden tidak mirip itu namanya memalsu wajah Presiden.

Kita bersyukur dengan diangkatnya kembali Presiden Soeharto karena perhatian beliau terhadap perkembangan filateli di tanah air cukup besar, terlebih lagi Ibu Tien juga seorang filatelis. Kepada mantan Menparpostel Achmad Tahir kita berterima kasih atas prakarsa beliau dalam bidang filateli selama ini yang menjadikan para filatelis bersemangat kembali.

Semoga Menparpostel baru Susilo Sudarman, dapat meneruskan kebijaksanaan beliau dan lebih mendorong perkembangan filateli agar semakin maju dalam berkompetisi dengan negara lain.

Menurut data yang diperoleh, walau tidak lengkap, prangko seri Presiden Soeharto yang dicetak ulang oleh Perum Peruri dari tahun 1974 hingga 1986 tercatat sekitar 1.348.000.000 biji terdiri dari berbagai kopure harga. Cukup banyak !

Padahal seri peringatan masing-masing kopure dicetak 2 juat biji setiap seri. Itulah sebabnya jangan protes bila di loket kantor pos lebih sering ditemui prangko definitif seri Presiden Soeharto, dibanding dengan prangko-prangko seri lainnya.

(FP) Mafira, Pekumpulan Philatelis Remaja Bandung, April 1988

(RW) Agus Wahyudi, 101-1002

wahyudi@denpasar.wasantara.net.id

Catatan :

Telah dilakukan sedikit penyuntingan (editing), pada naskah asli kata :  kopure ditulis coupure


[an error occurred while processing this directive]

HOME | Today's News | Shopping | Add URL

Copyright 1999-2002 © SuratkabarCom Online