|
Berapa biaya memulai hobi mengumpulkan prangko?
TOKYO (SuratkabarCom) -
Pertanyaan yang sederhana tapi tidak mudah dijawab, "Berapa biaya
memulai hobi mengumpulkan prangko?" Satu cara untuk membuktikan,
apakah hobi ini merupakan hobi anak-anak, atau justru hobinya orang
dewasa.
Kita lihat komentar filatelis senior David O. Dyer, Sr. Menurutnya,
biaya yang dibutuhkan sekitar US$50 (lima puluh dolar AS) untuk
memulai hobi mengumpulkan prangko. Lalu 50 dolar AS lagi per tahun
untuk perlengkapan dan lain-lain, serta antara 30-250 dolar AS untuk
pembelian katalog prangko dunia, katakanlah Scott.
Apabila kita jumlah semua biaya itu dari angka termurah, maka biaya
memulai hobi mengumpulkan prangko sekitar 130 dolar AS. Kita Rupiah-
kan dengan kurs Rp.9.000,- per dolar AS maka berarti sekitar
Rp.1.170.000,-. Angka awal bagi yang ingin memulai mengumpulkan
prangko.
Mengerikan sekali memang melihat angka tersebut. Seandainya seorang
pemuda masih duduk di bangku SLTA, berapa uang jajan diterima per
hari dari orangtuanya. Katakanlah Rp.10.000,-. Berarti selama 117
hari (hampir 3 bulan), pelajar SLTA Indonesia terpaksa harus puasa
dan membawa bento (bahasa Jepang, artinya, ransum makanan dari
rumah).
Ingatlah, angka perhitungan itu paling murah. Belum lagi kalau kita
perhatikan, tahun 2000 lalu telah diterbitkan prangko dan carik
kenangan baru sebanyak 17.836 prangko (setiap lembar prangko
berlainan) telah dikeluarkan di dunia. Apakah mau beli semua?
Satu bukti sederhana mengumpulkan prangko tidaklah murah dan
olehkarena itu di negara industri maju Amerika Serikat, Eropa dan
Jepang, justru orang dewasa yang paling banyak aktif mengumpulkan
prangko. Penulis perkirakan sekitar 70%. Bahkan 10% adalah kalangan
pengusaha kaya, misalnya pemilik bank, pemilik perusahaan besar,
pemilik industri besar dan sebagainya. Sedangkan 20% adalah kalangan
mahasiswa dan pelajar.
Angka ini kebalikan untuk situasi Indonesia. Dari pengumpul prangko
Indonesia, yang jumlahnya sekitar dua juta orang saat ini, penulis
memperkirakan sekitar 80% adalah kalangan mahasiswa dan pelajar, 10%
adalah kalangan orang kaya, berduit (orang dewasa dan aktif
berproduksi menghasilkan uang), serta 10% adalah kalangan dewasa umum
lainnya.
Inilah karakteristik pengumpul prangko Indonesia dan hal ini diakui
serta dibanggakan filatelis senior dunia. Misalnya saat penulis
bertemu Michael Madesker di Tokyo, merasa cukup bangga dengan
banyaknya anak muda yang mengumpulkan prangko di Indonesia, "Itu
prospek besar dan baik bagi Indonesia untuk masa depan dibandingkan
misalnya di Eropa yang kebanyakan orang lanjut usia. Lalu bagaimana
kelanjutannya apabila mereka meninggal dunia!" ungkap Ketua Juri
pameran filateli internasional untuk kelas remaja, mempertanyakan.
Tak perlu takut dengan penampilan angka besar itu. Kenyataannya di
Indonesia kita bisa mulai dari modal kosong. Namun tentu hal itu bisa
dilakukan apabila ada keinginan kuat dari dalam diri sendiri.
Misalnya dimulai dari mengumpulkan surat-surat yang datang untuk
orangtua. Bisa pula amplop surat yang datang di kantor orangtua kita.
daripada amplop itu dibuang percuma, dipungut, dikumpulkan dan
diambil prangkonya. Bisa pula minta sampul-sampul surat atau kartupos
dari tempat umum, misalnya stasiun televisi yang biasa banyak
menerima surat dari pemirsanya. Atau mintalah ke kedutaan besar
asing, ke media massa asing yang menyiarkan bahasa Indonesia, dan
sebagainya.
Perhatikan Sebelum Merobek
Setelah kartupos atau sampul surat kita miliki, hati-hatilah sebelum
merobek atau memisahkan prangko dari sampulnya.
Perhatikan baik-baik sampul itu seandainya ada cap khusus, misalnya
cap pemilihan umum, atau cap peringatan lain seperti cap pameran dan
sebagainya. Penulis sangat menyarankan sampul atau kartupos itu
disimpan utuh, TIDAK dipisahkan atau dirobek prangkonya.
Cap khusus itu jauh lebih penting dan berharga ketimbang prangkonya
saja.
Lalu bagaimana melepaskan prangko dari kertas sampul surat. Pertama
kali tentu menggunting di sekitar prangko, kira-kira 2-5 milimeter di
luar prangko. Perhatikan cap pada prangko. Ada cap prangko dengan
tinta yang terkadang bisa luntur di air. Kalau tinta cap luntur,
prangko akan tercemar dan rusak.
Bagaimana mengetahui tinta prangko luntur. Biasanya cap-cap dengan
tinta warna biru atau merah tua, merupakan tinta yang mudah luntur.
Jadi bukan tinta cap warna hitam seperti biasa kita lihat pada setiap
kantorpos untuk pengecapan surat sehari-hari.
Kalau kita lihat cap prangko adalah cap sehari-hari, biasanya aman.
Tapi kalau cap berwarna, hati-hatilah. Kalau tak mau resiko, jangan
lepas prangko itu. Terkena cairan apa pun, tinta cap yang luntur,
pasti luntur dan berkontaminasi dengan kertas prangko.
Kemudian siapkan air hangat kuku di sebuah baskom bersih. Jangan air
panas dan jangan air dingin. Panas kira-kira 40 derajat Celcius.
Rendamlah prangko beberapa saat sekitar 5 menit, maka prangko akan
lepas sendiri dari kertas sampulnya. Apabila tak bisa lepas, tunggu
beberapa saat lagi. Tak mau lepas juga sudah lama direndam, bantulah
pakai tangan kita. Tentu tangan harus bersih sebelum melakukan
pekerjaan ini.
Pakailah perasaan, perlahan-lahan tapi mantap, melepaskan di
permukaan air, agak kena air hangat sedikit.
Lalu perhatikan belakang prangko. Apabila gom atau perekat atau lem
prangko masih melekat di sana, bersihkan pakai tangan pelan-pelan.
Apabila sudah benar-benar bersih, letakkan pelan-pelan prangko di
sebuah lembar kertas putih (bisa kertas polos HVS ukuran A4).
Himpitkan dengan kertas polos serupa di atasnya. Apabila air sebagian
meresap sudah ke kertas polos tersebut, pindahkan perlahan-lahan
prangko yang masih lembab ke bagian lain dari kertas polos HVS itu.
Sisipkan dua lembar kertas polos HVS ke dalam buku tebal, himpit,
beri tekanan dengan menindihkan buku-buku tebal lainnya. Biarkan
selama satu malam. Keesokan harinya setelah benar-benar kering dan
bersih, barulah bisa dimasukkan ke album prangko kita.
Perhatikan pula, jangan sekali-kali menyetrika prangko. Pengeringan
haruslah alamiah dianginkan, lalu dihimpitkan antara dua lembar
kertas polos yang bersih.
Ada pula boks khusus untuk melepas prangko dengan harga di pasaran
sekitar 20 dolar AS atau sekitar 180.000,-. Prosesnya sama seperti di
atas, hanya bentuk alatnya bagus saja dengan ukuran sekitar
15cmx10cmx5cm dan prangko tidak direndam tapi diuaphangatkan sehingga
bisa lepas sendiri.
Setelah prangko kering, harus yakin benar-benar kering, untuk
memasukkan ke album prangko sebaiknya dibiasakan menggunakan pinset,
sering disebut pula Tweezers atau Pincet dalam bahasa Inggris.
Richard Susilo
HOME | Today's News | Shopping | Add URL Copyright 1999-2002 © SuratkabarCom Online
|