suratkabar.com

Domain For Sale


suratkabar.com
News Indonesia SuratkabarCom

Breaking News.....

Hobi Filateli Ada di Hati Semua Orang
21/06/2002 (21:00)

Klik Di Sini Juga


Carik kenangan (CK) Gambia yang memperingati seorang dokter Jepang, Chiune Sugihara, terbit 29 April lalu dengan pencetaknya Cartor SA (Perancis). Sugihara sangat berjasa di bidang kemanusiaan tidak hanya di Jepang tetapi juga di Rusia, Cina, Polandia dan sebagainya. Tahun 1985 setahun sebelum meninggal dia menerima penghargaan bernama Righteous Among the Nations yang diberikan oleh otoritas Yad Vashem Martrys Remembrance di Yerusalem.

TOKYO (SuratkabarCom) - Hobi mengumpulkan prangko, biasa kita sebut Filateli, sebenarnya ada di setiap hati manusia. Masalahnya, berapa persen perhatian seseorang akan hobi ini. Kalau persentase kecil, pasti tak jadi pengumpul prangko. Sebaliknya, apabila besar perhatian kepada hobi ini, biasanya akan ditekuni terus sampai akhir hayat. Itulah salah satu karakter hobi ini.

Sejak kapan sebenarnya muncul filateli? Jaman dulu sekali sebelum 6 Mei 1840 sebagai tanggal kelahiran resmi prangko pertama di dunia, disebut si Penny Hitam, Black Penny dari Inggris, sebenarnya sudah ada prangko (penggunaan hanya sebatas di kalangan kelompok tertentu) dan kirim mengirim surat sudah banyak dilakukan, khususnya di antara para bangsawan.

Lalu dengan keberadaan prangko si Penny Hitam, orang semakin tertarik untuk menekuni benda mungil ini lebih lanjut.

Terlebih setelah M. Herpin, seorang pengumpul prangko bangsa Perancis melalui karangannya berjudul Bapteme (Baptism) yang dimuat pada majalah Perancis Collectionneur de Timbres-Poste pada tanggal 15 Nopember 1864 memperkenalkan istilah kata filateli. Maka sejak itulah hobi mengumpulkan prangko semakin popular lagi.

Perkembangan di Indonesia

Bagaimana dengan perkembangan filateli di Indonesia? Keberadaan hobi ini ditandai dengan berdirinya perkumpulan filatelis yang bernama VPNI (Vereniging van Postzegelverzamelaar in Nederlands Indie) pada tanggal 29 Maret 1922. Perkumpulan ini berubah nama berkali-kali dan saat ini bernama Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI).

Berdasarkan tanggal berdirinya perkumpulan tersebut, maka Hari Filateli pada akhirnya ditetapkan pihak PT Pos Indonesia dan PFI yaitu setiap tanggal 29 Maret. Tahun ini berarti ulang tahun PFI yang ke-80.

Banyak sekali kegiatan PFI yang saat ini memiliki anggota lebih dari satu juta orang di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah anggota yang besar ini ini merupakan hasil inisiatif dari mantan Menparpostel Soesilo Soedarman yang tahun 1992 membuka pameran filateli ASEANPEX92.

Saat itu Menteri berdiskusi dan mempertanyakan kepada penulis, berapa jumlah anggota PFI saat itu. Ketika diberitahukan sekitar 5000 orang, Menteri sangat terkejut dan meminta pihak Pos segera memprogramkan Sejuta Filateli. Sejak saat itu sampai dengan 1997, akhirnya target sejuta filatelis tercapai dan kini mungkin telah ada sekitar 2 juta filatelis di Indonesia tercatat sebagai anggota perkumpulan filatelis.

Jumlah tersebut masih sangat sedikit dibandingkan jumlah penduduk Indonesia sekitar 206 juta penduduk.

Memang smapai detik ini pun kampanye tersebut tetap jalan dan pihak Pos juga berusaha menarik perhatian masyarakat untuk mengumpulkan prangko.

Mengapa? Karena memang hobi ini sangat bermanfaat dan memberikan hasil positif pada kehidupan kita.

Contoh nyata pada penulis sendiri. Hobi ini ditekuni sejak tahun 1973. Sebelumnya, dengan usia muda yang agresif, tetapi ceroboh, menghasilkan sesuatu yang tidak baik. Gara-gara kecerobohan menjumlah bilangan aljabar, guru sempat marah bukan main.

Sejak mengenal, mengumpulkan dan mengoleksi prangko, karakter itu terasa sekali berubah dan membuat penulis cukup teliti, periksa dan periksa lagi selalu.

Satu bukti nyata hasil dari hobi mengumpulkan prangko. Rasanya akan terasa lebih pas lagi kalau kita semua mau memraktekan sendiri kebenaran hal ini. Tidak sulit menekuni hobi ini. Apalagi kalau hobi ini dikaitkan dengan hobi lain seperti hobi Panjat tebing (lihat gambar), maka akan semakin menarik.

Pengkaitan hobi filateli dengan hobi lain bisa menjadi tambahan motivasi bagi para pemula pengumpul prangko untuk segera memulai hobi ini.

Seperti pada contoh prangko bergambar panjat tebing/gunung, ilmu yang kita miliki mengenai panjang tebing bisa pula dituliskan pada koleksi prangko. Inilah namanya hobi filateli, saling mengisi dan bahkan memiliki nilai tambah, membuat pintar orang lain termasuk kita sendiri mengenai ilmu di luar filateli, dan pada akhirnya membentuk sinergi.

Memang awal pula kebingungan dan pertanyaan besar, bisakah kita memulai hobi filateli? Apakah tidak mahal, apakah tidak sulit mencari bahan-bahannya? Bahkan di beberapa negara dengan rasa iri, karena hebatnya hobi ini memasyarakat di mana-mana, ada yang menyebut hobi filateli sebagai hobi orang gila, hanya mengumpulkan sampah saja, hobi orangtua saja.

Jelas tuduhan itu tidaklah benar. Julukan paling tepat, hobi ini adalah rajanya hobi, the king of the kings. Pemaparan di atas secara sederhana sudah membuktikan, filateli bisa dikaitkan dengan hobi panjat tebing. Ada yang suka memotret, filateli bisa dikaitkan dengan koleksi tematik kamera. Bisa dipecah lagi dengan kategori kamera digital dan kamera biasa. Ibaratnya, sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Bisakah dikaitan dengan pelajaran atau pendidikan? Bukan seratus persen, seribu persen sangat bisa. Itu sebabnya dalam berkampanye filateli, target utama pos adalah kalangan guru dan pelajar karena di sanalah sebenarnya manfaat utama filateli bisa ikut diterapkan bersama-sama.

Kita lihat misalnya Ilmu Bumi atau Geografi. Ada prangko Faroyar atau orang Jepang menyebutnya Ferou (huruf O berbunyi panjang). Tahukah kita di mana letak negara kecil ini yang bernamakan Faroyar? Prangko negara ini cukup baik dan punya nilai baik atau tinggi untuk menjadi satu koleksi filateli. Jumlahnya tidak banyak tapi memikat hati dan rancangannya sederhana tapi menarik.

Kalau kita melihat peta bumi, coba tengok negara Inggris. Nah di bagian utara negara Inggris ada pulau kecil yang sebenarnya merupakan satu negara tersendiri dan negara itu menerbitkan prangko, umumnya dicetak di Inggris. Itulah negara Faroyar.

Terus terang penulis mengerti adanya negara itu dari prangko. Belajar ilmu bumi di masa sekolah lanjutan di jaman dulu, mungkin juga sekarang, belum tentu diberitahu atau belum tentu sang guru pun mengenal di mana letak negara kecil Faroyar itu.

Itu baru satu contoh simbiosis mutualistis, saling menghiupkan, saling memberikan manfaat baik sang kjolektor maupun tambahan pengetahuan bagi kita semua, termasuk sang guru pun semakin mudah mengajarkan ilmu bumi menggunakan prangko.

Contoh lain kita lihat misalnya koleksi tematik kupu-kupu. Berapa juta famili kupu-kupu di dunia ini dan tahukah kita berapa ratus ribu jenis dan famili kupu-kupu hanya yang ada di Indonesia.

Memang koleksi prangko Indonesia saja yang memuat tema kupu-kupu belumlah banyak. Tetapi negara lain juga memuat gambar kupu-kupu bahkan sebenarnya ada kupu-kupu Indonesia yang termuat di prangko negara lain. Hal ini bisa kita ketahui dan tanyakan kepada kolektor khusus prangko atau benda filateli kupu-kupu.

Belajar biologi khususnya soal kupu-kupu dengan menggunakan prangko, mengapa tidak? Dengan gambar biasanya kita akan lebih mudah mengenal dan mengingat suatu jenis binatang atau benda apa pun. Maka sambil mengoleksi prangko, sambil melihat gambar prangko kupu-kupu, kita bisa menghafal jenis-jenis kupu-kupu yang sedang diajarkan di sekolah.

Bagaimana dengan manfaat lain? Kalau penulis katakana, manfaat filateli ada seribu satu macam. Mungkin berlebihan, tapi kenyataan memang demikian.

Coba kita lihat contoh gambar di sini. Sebuah carik kenangan (souvenir sheet) terbitan Gambia (di Afrika) tanggal 29 April 2002 justru memuat gambar orang Jepang, Chiune Sugihara.

Satu bentuk nyata pertukaran kebudayaan antara dua negara. Lebih nyata lagi, dengan cara demikian, bukankah akan semakin manis hubungan persahabatan antara kedua negara, khususnya Gambia dengan Jepang.

Manfaat yang sangat nyata dari sebuah perangko, membuat perdamaian, kehidupan tentram dan manis satu dengan yang lain. Semua itu hanya gara-gara sebuah penerbitan benda filateli yang sangat sederhana bentuknya, tapi pasti menyentuh hati semua orang.

Coba kita bayangkan seandainya wajah PM Jepang Junichiro Koizumi muncul di prangko Indonesia dalam rangka proyek pertukaran persahabatan dan budaya antara keduanya. Bagaimana perasaan kita? Sejuk bukan?

Tahun depan sudah diputuskan PM Jepang sebagai tahun pertukaran budaya antara Jepang dengan negara-negara di Asia. Bukankah ada baiknya bagi Indonesia berinisiatif untuk mengajukan diri, misalnya merencanakan memuat wajah Koizumi di prangko Indonesia, berdampingan bersama Presiden kita Megawati.

Sebuah ide yang bukan mustahil untuk dilaksanakan. Sekaligus juga sebagai rasa terima kasih kita atas bantuan Jepang selama ini yang telah banyak membantu dan memperhatikan Indonesia dengan berbagai dana pembangunan yang disalurkan melalui program ODA (Official Development Assistant).

Semua hal ini, sekali lagi bisa dilakukan dengan baik oleh kita semua. Kolektor prangko pun bisa mendapatkan hasilnya, melengkapi koleksi tematik kepala negaranya dan kedua pihak, baik Indonesia maupun Jepang bisa semakin tersenyum lebar merasakan kehangatan persaudaraan nyata melalui prangko atau Carik kenangan.

Terpenting adalah ada itikad atau kemauan serta semangat yang tinggi, tak gampang putus asa. Moga-moga bisa kita mulai sekarang juga. Pihak Pos di setiap loket filateli pun, pasti akan siap selalu membantu kita memulai koleksi ini.

Richard Susilo


World Class High Performance Tires
World Class High Performance Tires

HOME | Today's News | Shopping | Add URL

Copyright 1999-2002 © SuratkabarCom Online